JENIN (Arrahmah.id) – Militer “Israel” mulai menarik mundur pasukannya dari kubu militan di Tepi Barat yang diduduki pada Selasa malam (4/7/2023), kata para pejabat keamanan, mengakhiri operasi intens selama dua hari yang menewaskan sedikitnya 12 orang Palestina, menyita ratusan senjata dan meninggalkan kerusakan yang cukup parah.
Namun pertempuran sengit antara pasukan “Israel” dan militan Palestina terus berlanjut di beberapa bagian kamp pengungsi Jenin, sehingga menunda penarikan mundur yang telah direncanakan.
Perkembangan ini terjadi beberapa jam setelah seorang pejuang Hamas menabrakkan mobilnya ke sebuah halte bus Tel Aviv yang penuh sesak dan mulai menikam orang-orang, melukai delapan orang, termasuk seorang wanita hamil yang dilaporkan kehilangan bayinya. Penyerang tersebut dibunuh oleh seorang pengamat bersenjata. Hamas mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan pembalasan atas serangan “Israel” terhadap warga Palestina, lansir AP.
Mengunjungi sebuah pos militer di luar Jenin, Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu mengindikasikan bahwa operasi tersebut -yang merupakan salah satu operasi paling intens di wilayah itu dalam hampir dua dekade terakhir- hampir berakhir. Namun ia bersumpah untuk melakukan operasi serupa di masa depan.
“Pada saat-saat ini kami sedang menyelesaikan misi, dan saya dapat mengatakan bahwa operasi ekstensif kami di Jenin bukanlah operasi yang hanya sekali saja,” katanya.
Militer “Israel” mengatakan bahwa pihaknya melakukan serangan udara pada Selasa malam yang menargetkan sebuah sel militan yang terletak di sebuah pemakaman.
Diklaim bahwa orang-orang bersenjata itu mengancam pasukan yang bergerak keluar dari kamp tersebut. Tidak ada kabar segera mengenai korban jiwa.
Para pejabat “Israel” dan Palestina juga melaporkan pertempuran di dekat sebuah rumah sakit di Jenin pada Selasa malam. Seorang wartawan Associated Press yang berada di lokasi dapat mendengar ledakan dan suara tembakan. Pejabat rumah sakit Palestina mengatakan kepada kantor berita resmi Wafa bahwa tiga warga sipil terkena tembakan Israel.
Seorang pejabat keamanan “Israel” mengonfirmasi bahwa pasukannya telah mulai meninggalkan lokasi, namun mengatakan bahwa penarikan itu dipersulit oleh pertempuran. Ia berbicara dengan syarat tidak disebutkan namanya sambil menunggu pengumuman resmi.
“Israel” menyerang kamp tersebut, yang dikenal sebagai benteng pertahanan militan Palestina, pada Senin pagi dalam sebuah operasi yang katanya bertujuan untuk menghancurkan dan menyita senjata. Para pejabat kesehatan Palestina mengatakan 12 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka.
Buldoser besar militer merobek-robek gang-gang, menyebabkan kerusakan parah pada jalan dan bangunan, dan ribuan warga melarikan diri dari kamp. Orang-orang mengatakan listrik dan air terputus. Tentara mengklaim bahwa buldoser itu diperlukan karena jalan-jalan dipenuhi bahan peledak.
Pihak militer mengatakan telah menyita ribuan senjata, bahan pembuat bom dan sejumlah uang. Senjata-senjata tersebut ditemukan di tempat persembunyian militan dan juga di wilayah sipil, dalam satu kasus di bawah sebuah masjid, klaim pihak militer.
Penggerebekan berskala besar ini terjadi di tengah-tengah lonjakan kekerasan selama lebih dari satu tahun yang telah menciptakan tantangan bagi pemerintahan sayap kanan Netanyahu, yang didominasi oleh kaum ultranasionalis yang telah menyerukan tindakan yang lebih keras terhadap para pejuang Palestina, namun hanya menyaksikan pertempuran yang semakin parah.
Lebih dari 140 warga Palestina telah terbunuh tahun ini di Tepi Barat, dan serangan-serangan Palestina yang menargetkan warga “Israel” telah menewaskan sedikitnya 25 orang, termasuk penembakan bulan lalu yang menewaskan empat pemukim ilegal Yahudi.
Operasi yang berkelanjutan ini telah menimbulkan peringatan dari kelompok-kelompok kemanusiaan akan situasi yang memburuk. (haninmazaya/arrahmah.id)