IDLIB (Arrahmah.com) – Terdiri atas warga biasa, White Helmets atau pasukan helm putih adalah yang pertama dan tercepat menolong masyarakat ketika bom menghantam.
Ketika perang di Suriah berkecamuk dan bom terus menghujani warga sipil, sekelompok warga biasa inilah yang pertama memasuki bangunan hancur. Mereka menggali reruntuhan dan puing-puing untuk mencari mayat dan tanda-tanda kehidupan, di sana, sebagaimana dilansir lembaga kemanusiaan Indonesia untuk Suriah Gaul Peduli Syam (GPS), Selasa (16/9/2015).
Dikenal sebagai Pertahanan Sipil Suriah atau White Helmets, kelompok relawan penyelamat ini dibentuk pada tahun 2013 dan sekarang jumlah anggotanya lebih dari 2.700 relawan.
Berikut wawancara Al Jazeera dengan James Le Mesurier, pendiri program Syrian White Helmets yang diterjemahkan GPS.
Al Jazeera (AJ): Siapakah White Helmets ?
James Le Mesurier: White Helmets adalah kelompok relawan pekerja penyelamat Suriah yang terbentuk pada awal tahun 2013 untuk menangani dampak serangan bom terhadap masyarakat sipil oleh rezim Assad.
Mereka sepenuhnya organisasi sukarela yang mendapat pelatihan di Turki dan saya mulai melatih awal tahun 2013, awalnya hanya satu tim terdiri dari 20 orang.
Selama dua tahun terakhir, mereka sudah tumbuh menjadi 2790 orang relawan pria dan wanita yang beroperasi di 110 lokasi yang berbeda di seluruh Suriah. Mereka telah menyelamatkan lebih dari 24.000 orang.
AJ: Siapa saja anggotanya? Apakah mereka penyelamat yang terlatih?
Le Mesurier: Setiap anggota adalah orang Suriah, dan setiap satu dari mereka – dua tahun lalu – memiliki pekerjaan yang sama sekali berbeda.
Mereka terdiri atas mantan tukang roti, tukang, sopir taksi, mahasiswa, guru, dan profesi lainnya selain pekerja penyelamat.
Mereka semua kelompok yang sangat beragam dan pribadi yang berbeda, yang semuanya membuat pilihan tentang apa kontribusi mereka terhadap revolusi. Mereka semua punya pilihan apakah ingin mengangkat senjata atau menjadi pengungsi – tetapi mereka semua telah membuat pilihan untuk mengusung tandu.
AJ: Bagaimana organisasi ini terbentuk?
Le Mesurier: Semua dimulai dengan pengeboman rezim di daerah yang berhasil dibebaskan pada akhir 2012, wilayah di utara dan selatan Suriah yang telah di luar kontrol rezim memberi rezim ruang untuk mulai mengebom masyarakat sipil.
Dari dalam komunitas tersebut muncul individu, yang ketika sebuah bom jatuh di jalan, akan berlari keluar mencoba untuk membantu tetangga mereka, dan mereka melakukannya tanpa pelatihan dan tanpa peralatan.
Pada awal 2013, sekelompok tokoh pemimpin dari Suriah utara melihat gambaran yang sangat jelas bahwa masyarakat sedang sangat menderita karena dibom, dan mereka membutuhkan dukungan.
Pada saat itu, saya bekerja di Istanbul dan berkumpul dengan sekelompok relawan penyelamat gempa Turki . [Percakapan kami] berkisar tentang, “Jika Anda bisa menyelamatkan orang-orang dari sebuah bangunan yang telah runtuh sebagai akibat dari gempa bumi, maka Anda dapat menyelamatkan seseorang dari sebuah bangunan yang telah runtuh sebagai akibat dari bom. “
AJ: Apakah motto mereka untuk menyelamatkan orang?
Le Mesurier: Ya itu. Motto mereka benar-benar luar biasa, sebuah ayat dari Al-Qur’an, yang artinya “Dan, barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah ia telah memelihara kehidupan manusia semuanya”, dan mereka sangat menyakini hal itu.
AJ: Apa motivasi di balik menjadi White Helmets dan pergi ke daerah-daerah yang sangat berbahaya?
Le Mesurier: Masing-masing memiliki motivasi yang berbeda untuk melakukan apa yang mereka ingin lakukan. Mereka mengalami emosi yang berbeda – dari rasa takut serta rasa tanggung jawab yang luar biasa atas tugas mereka.
Mereka khawatir serangan double tap, yaitu ketika rezim menjatuhkan bom di satu lokasi, menunggu penyelamat muncul, dan kemudian menjatuhkan bom lain.
Sering, di antara dua bom pertama, ada jeda yang sangat sempit – 15 menit atau setengah jam – di mana mereka sering menemukan orang-orang, yang tidak bisa menyelamatkan diri, dan kemudian bom kedua datang. Banyak … telah terluka karena mereka tidak bisa lolos dengan cepat, atau mereka memilih untuk tinggal untuk menyelamatkan orang-orang.
Sampai saat ini, 97 anggota White Helmets telah kehilangan nyawa mereka, dan sekitar empat kali lipatnya telah terluka sangat parah.
AJ: Apakah ada kasus tertentu yang menonjol?
Le Mesurier: Kami sudah melatih langsung sampai sekarang sekitar 1.200 orang dari mereka, dan pertanyaan yang secara teratur kita tanyakan adalah, “Mengapa Anda bergabung?”
Masing-masing dari mereka memiliki cerita yang sangat pribadi tentang mengapa mereka memilih untuk bergabung. Banyak kisah dari mereka yang benar-benar menarik.
Ada satu kisah baru-baru ini yang benar-benar mengejutkan saya adalah ketika kami berjalan turun di selatan Turki – tentu saja didominasi laki-laki muda sekitar 25 sampai berusia 30 tahun – Ada satu orang yang memiliki jenggot abu-abu dan uban, saya kira ia berusia di akhir 40-an atau awal 50-an. Kami berkenalan dan bertanya dari mana ia berasal dan ia sangat tenang. Ia menceritakan kisah anaknya, yang pernah menjadi White Helmets dan tewas saat penyelamatan. Orang tua ini berbalik dan berkata, “Hari yang sama saat anak saya dimakamkan, saya bergabung dengan White Helmets. Ini hal yang paling terhormat yang pernah kulihat selama revolusi dan saya ingin menghormati namanya.”
Dalam kursus baru-baru ini, ada seorang pria relawan White Helmets. Rumahnya dibom dan ia kembali menemukan bahwa anaknya telah tewas. Ia menggali melalui puing-puing untuk mencari anggota keluarganya sendiri.
Ada kisah lain tentang seorang relawan yang kembali ke rumahnya, lalu rumahnya dibom. Rekan timnya yang lain datang dan menggali untuk menyelamatkan dia.
Ada kisah Khaled, mantan pelukis dan dekorator, mempunyai kisah pada penyelamatan di Idlib. Ia sudah selesai tugas pada larut malam dan ia hanya perlu tidur. Mereka telah merespon sebuah bangunan yang telah terkena bom. Ada sekitar 12, mungkin 13 orang diselamatkan dari bangunan tersebut. Ia menemukan sedikit beton datar, dan setelah 5-6 jam penyelamatan, ia benar-benar meringkuk dan tidur. Ia terbangun karena ia mendengar suara bayi menangis. Ia memanggil rekan timnya, yang semuanya datang, dan berkata, “Lihat, aku mendengar bayi menangis!” Mereka menggali selama 11 jam di tempat itu, dan menyelamatkan bayi berusia 10 hari.
Semua orang-orang ini memiliki hal yang berbeda yang dapat mereka lakukan . Semua dari mereka sangat luar biasa, banyak orang biasa yang sehari-hari menjalani kehidupan, tidak memikirkan cara apapun yang luar biasa. Namun, pilihan yang telah mereka buat untuk melakukan semua hal ini membuat mereka luar biasa.
Sulit untuk memilih salah satu dari mereka sebagai pahlawan karena bagi saya mereka semua pahlawan, itu pilihan yang mereka buat dengan melakukan hal yang membuat mereka luar biasa. (adibahasan/arrahmah.com)