IDLIB (Arrahmah.id) – Dua warga sipil, termasuk seorang anak, tewas, dan 16 lainnya, termasuk empat anak, terluka dalam serangan artileri pasukan rezim Suriah yang menargetkan sebuah pasar populer di pusat kota Idlib pada Sabtu malam, menurut Pertahanan Sipil Suriah yang dikenal dengan sebutan White Helmets.
“Kami menerima dua korban syahid dan 14 korban luka-luka, termasuk dua korban kritis, di rumah sakit, dan mereka sekarang berada di ruang operasi,” kata Ismail al-Hassan, kepala bagian gawat darurat di Rumah Sakit Universitas Idlib, lansir Al Jazeera (31/12/2023).
Al-Hassan mengatakan kepada Al Jazeera bahwa rezim Asad baru-baru ini mengintensifkan penargetan daerah tersebut, yang mengharuskan adanya kesiapsiagaan yang konstan untuk menerima korban di dalam kota atau sekitarnya jika terjadi pemboman.
“Selama hampir 13 tahun, kami telah bekerja untuk menyelamatkan korban sipil yang menjadi sasaran rezim Asad dan Rusia,” kata al-Hassan. White Helmets mengatakan bahwa sebelumnya pada Sabtu, seorang anak terluka akibat penembakan artileri yang menargetkan kota Atarib di pedesaan Aleppo barat.
“Waktu dan lokasi serangan hari ini di Idlib mengindikasikan bahwa tujuannya adalah untuk membunuh warga sipil dalam jumlah besar,” ujar Ahmed Yazji, anggota dewan Pertahanan Sipil Suriah. Yazji mengatakan kepada Al Jazeera bahwa serangan rezim Suriah dan Rusia di wilayah Idlib secara konsisten menargetkan pusat-pusat vital, sekolah, dan rumah sakit dengan tujuan membunuh warga sipil.
“Sejak awal 2023 hingga hari ini, kami telah mendokumentasikan lebih dari 1.200 serangan yang dilakukan oleh rezim Asad dan Rusia di wilayah barat laut Suriah, termasuk 27 serangan terhadap sekolah dan 16 serangan terhadap kamp-kamp pengungsian,” katanya. “Serangan rezim Asad dan Rusia di wilayah tersebut hanya dapat digambarkan sebagai serangan teroris yang bertujuan untuk merusak stabilitas di wilayah tersebut.”
Provinsi Idlib, benteng terakhir yang dikuasai pejuang oposisi Suriah, dianggap sebagai wilayah terpadat di barat laut Suriah, menampung 4,5 juta orang, termasuk 1,9 juta orang yang tinggal di kamp-kamp pengungsian, menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA).
“Dalam sekejap, pasar berubah menjadi genangan darah dan debu tebal,” kata Abdullah Aloush, seorang pengungsi dari Khan Shaykhun dan pemilik sebuah toko di dekatnya di daerah yang menjadi target serangan di kota Idlib. Aloush mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pasar tersebut menjadi sasaran serangan pada saat pasar sedang ramai dikunjungi warga sipil.
“Awalnya, saya dan orang-orang yang ada di toko tidak berdaya, tidak tahu apa yang harus dilakukan, sebelum kami keluar untuk memeriksa tetangga kami dan membantu mereka yang terluka.” (haninmazaya/arrahmah.id)