TIKRIT (Arrahmah.com) – Pasukan AS bersiap untuk mengevakuasi ratusan staf yang bekerja untuk Lockheed Martin Corp dan Sallyport Global dari pangkalan militer Irak tempat mereka bekerja sebagai kontraktor, tiga sumber militer Irak mengatakan pada Jumat (21/6/2019).
Hampir 400 kontraktor dari kedua perusahaan itu bersiap-siap meninggalkan pangkalan militer Balad, yang menampung pasukan AS sekitar 80 kilometer utara Baghdad, atas “ancaman keamanan potensial”.
Keberangkatan mereka sudah dekat, kata sumber tersebut. Sumber tidak memberikan perincian tentang ancaman keamanan tersebut.
Pangkalan Balad yang luas dihantam oleh tiga mortir minggu lalu. Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Militer AS memberi tahu para pejabat Irak bahwa mereka akan mulai mengevakuasi sekitar setengah dari 800 karyawan yang bekerja untuk kedua perusahaan di Balad, kata seorang pejabat militer yang mengetahui operasi harian pangkalan itu.
Pejabat itu mengatakan evakuasi akan memakan waktu sekitar 10 hari.
Dua sumber militer lainnya mengatakan evakuasi akan dilakukan dalam dua tahap dan akan dilakukan dengan pesawat militer.
“Pasukan Amerika memberi tahu kami bahwa mereka hanya akan menjaga staf yang terbatas dan diperlukan yang bekerja erat dalam pemeliharaan pesawat perang F-16 Irak.”
Lockheed Martin mulai mengirimkan F-16 pertama ke Irak pada 2014.
Sumber mengatakan evakuasi dapat dimulai kapan saja.
Dua pangkalan Irak lainnya yang menampung pasukan AS telah terkena roket dalam sepekan terakhir dalam serangan yang tidak diklaim. Pada hari Rabu, serangan roket menghantam sebuah situs yang digunakan oleh perusahaan energi AS Exxon Mobil di dekat kota selatan Basra.
Pejabat lokal menyalahkan milisi Syiah yang didukung Iran untuk insiden Basra. Iran belum mengomentari insiden ini tetapi sangat menolak tuduhan Washington bahwa mereka berada di balik beberapa serangan terhadap kapal tanker minyak di Teluk dalam beberapa pekan terakhir.
Kemajuan dalam kekerasan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan regional antara Amerika Serikat dan Iran.
Washington telah meningkatkan tekanan sanksi terhadap Teheran sejak tahun lalu dan beberapa insiden kekerasan di Teluk dipersalahkan atas meningkatnya ketegangan. Presiden Donald Trump pada hari Jumat mengatakan dia telah membatalkan serangan AS terhadap Iran pada menit terakhir.
Di Irak, Iran mendukung beberapa milisi Muslim Syiah yang memiliki posisi dekat dengan instalasi militer AS. Milisi-milisi itu belum secara terbuka mengomentari insiden yang baru terjadi. (Althaf/arrahmah.com)