KABUL (Arrahmah.com) – Pasukan boneka Afghanistan terus kehilangan cengkeramannya di berbagai wilayah Afghanistan dan Imarah Islam Afghanistan (IIA) merebutnya dan menjadikannya di bawah kendali mereka, meskipun ada peningkatan serangan udara AS terhadap kelompok tersebut.
Laporan triwulan terakhir dari Inspektur Jenderal Khusus AS untuk Rekonstruksi Afghanistan (SIGAR) mengklaim 53,8 persen dari 407 distrik di Afghanistan yang mencakup 63,5 persen populasi pada Oktober 2018, dikuasai pemerintah Afghanistan, dengan sisanya dikendalikan oleh IIA, lansir Al Jazeera.
Laporan itu dirilis pada Kamis (31/1/2019), beberapa hari setelah utusan perdamaian AS untuk Afghanistan, Zalmay Khalilzad, memuji “kemajuan signifikan” dalam enam hari perundingan dengan IIA di ibu kota Qatar, Doha, yang bertujuan untuk mencari solusi untuk mengakhiri perang 17 tahun, perang terlama di Asia Selatan.
SIGAR mengatakan pasukan Afghanistan telah berkurang menjadi 308,693 tentara atau 87,7 persen dari kekuatannya, terendah sejak dimulainya operasi NATO untuk melatih, memberi saran dan membantu pasukan Afghanistan pada Januari 2015.
AS memiliki sekitar 14.000 tentara di Afghanistan sebagai bagian dari misi yang dipimpin NATO.
Sekitar 8.000 tentara dari 38 negara lain juga berpartisipasi dalam misi tersebut.
Intizar Khadim, seorang pengamat politik dan dosen di Universitas Moraa di Kabul mengatakan bahwa laporan itu menyoroti perlunya AS untuk mengubah taktiknya.
“Ini bukan hanya tentang peningkatan Taliban dalam kontrol teritorial tetapi mengapa kita tidak memenangkan perang ini, mengapa kita hanya terjebak dalam lumpur selama 17 tahun terakhis, mengapa AS, komunitas internasional dan pemerintah Afghanistan masih mengklaim bahwa mereka dapat berperang namun mereka melaporkan penurunan kontrol wilayah pemerintah Afghanistan,” Khadim menjelaskan kepada Al Jazeera.
“Tentu saja negosiasi sudah di atas meja, tapi jika kita tidak menuju ke arah yang benar [dalam pembicaraan damai], kita tidak berhasil.” (haninmazaya/arrahmah.com)