BEIJING (Arrahmah.id) — Kebijakan Cina terhadap etnis Uighur di Xinjiang, memasuki fase baru ketika pasukan Wumao atau “Pasukan 50 Sen” menghina Islam dan melancarkan penistaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Hal ini berdasarkan pada laporan Theodoros Benakis di European Interest.
Di ruang media sosial, pasukan Wumao yang diklaim sebagai buzzer negara kerap terlihat mencederai keyakinan yang dianut Uighur yakni agama Islam.
Dalam berbagai unggahan, Wumao sering menggambarkan muslim sebagai sebagai kelompok ekstrimis dan teroris, meskipun di sisi lain RRC menjalin hubungan dekat dengan negara-negara muslim termasuk Pakistan, Indonesia, bahkan negara-negara semenanjung Arab.
Propaganda yang paling banyak dikritik di media barat, Islamofobia, kini digunakan oleh Cina untuk mendiskriminasi dan mengisolasi Muslim serta meningkatkan dukungan penduduk Cina terhadap kebijakan yang diterapkan di Xinjiang.
Menurut Benakis, melalui postingan di media sosial, Tentara Wumao juga melontarkan hujatan kepada Nabi.
“Troll dan fitnah Islam yang tidak terkendali telah melampaui batas, dan kelompok Wumao ini membuat pernyataan tertentu yang jika diucapkan di negara Islam, akan menimbulkan kemarahan publik,” tulis Benakis dalam laporannya, seperti dikutip dari ANI News (27/11/2022).
Pasukan Wumao membantu memuluskan agenda pemerintah di Xinjiang dengan menyebarkan ujaran kebencian terhadap Muslim, menghina Islam, dan membenarkan diskriminasi.
Baru-baru ini, umat Islam di Cina mengungkapkan bahwa Islamofobia digunakan sebagai propaganda dalam memperkuat kebijakan budaya Cina yang baru dari Xi Jinping. Para pengguna Weibo, media sosial Cina, banyak yang mendukung kebijakan Xi.
Menurut laporan European Interest, banyak warga Cina telah menyatakan dukungan penuh mereka untuk kebijakan budaya baru dan setuju untuk memusnahkan Muslim Uighur di Xinjiang.
Muslim yang berbasis di Cina telah melakukan penelitian selama satu bulan terakhir tentang praktik sosial di dunia maya, dan menemukan bahwa pengguna yang mengangkat Islamofobia adalah mereka yang disebut buzzer atau pasukan Wumao 50 Cent. Kelompok ini membaca Quran dan Hadits dan menafsirkannya dengan cara menghina. Konten semacam itu kemudian diposting di Weibo bersama dengan referensi yang disalahtafsirkan untuk menciptakan penerimaan psikologis terhadap Islam sebagai agama yang buruk.
Partai Komunis Tiongkok ingin negara mereka menjadi tanah air bagi penduduk Han. Setelah mengamankan masa jabatan ketiga, pemimpin Tiongkok Xi Jinping menggunakan segala cara untuk melancarkan misinya.
Pada September 2020, Presiden Tiongkok menegaskan kembali komitmennya terhadap kebijakan Beijing di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang dalam konferensi partai.
“Praktik telah membuktikan bahwa strategi partai untuk mengatur Xinjiang di era baru sepenuhnya benar,” kata Xi.
Sementara itu, European Interest menulis bahwa kebijakan Xi tak lain adalah kebijakan genosida budaya. Selama ini, Uighur hidup di bawah lingkungan semi-total diskriminatif yang mencakup pembatasan agama, pengucilan ekonomi, pemenjaraan, dan larangan mutlak atas reaksi apa pun. Dalam beberapa kasus, hukumannya adalah hukuman mati.
Mengenai agama, rezim memberlakukan aturan berpakaian yang melarang perempuan mengenakan kerudung dan laki-laki menumbuhkan janggut. Pelajar di universitas dan pekerja di pabrik juga tidak diperbolehkan berpuasa selama Ramadhan. Masjid dihancurkan secara sistematis. Bahkan versi Al Quran yang disetujui negara adalah satu-satunya yang diizinkan. (hanoum/arrahmah.id)