HEBRON (Arrahmah.com) – Pasukan penjajah “Israel” menahan empat warga Palestina pada Senin (25/4/2016) dalam serangan dini hari di Hebron, Tepi Barat.
Serangan penggerebekan ITU diklaim sebagai langkah keamanan dan pembatasan pergerakan di selatan Tepi Barat selama liburan Paskah Yahudi.
Pasukan “Israel” menahan Barakah Rajeh Taha, seorang mantan tahanan yang telah dibebaskan di Gilad Shalit dalam kesepakatan pertukaran tahanan tahun 2011 lalu.
Rumah saudaranya juga diserbu, kata para saksi mata.
Aktivis lokal Muhammad Ayyad Awad mengatakan kepada Ma’an bahwa pasukan “Israel” menggeledah rumah Ibrahim Awad, yang terbunuh dalam bentrokan dengan pasukan “Israel” pada bulan Oktober 2015 di Beit Ummar.
Pasukan “Israel” juga dilaporkan merampas 1.500 gram emas, 3.000 shekel ($ 795), dan 150 dinar Yordania ($ 212) dari ayah Ibrahim Awad, Ahmad Awad. Ia mengatakan kepada Ma’an bahwa emas itu milik tiga anak perempuannya yang sudah menikah.
Saksi mengatakan kepada Ma’an bahwa pasukan “Israel” juga menahan seorang mantan tahanan Palestina tak dikenal setelah menyerbu rumahnya di Hebron dan pos pemeriksaab Abu Al-Reesh yang ditutup dengan blok semen.
Sebanyak empat warga Palestina ditahan di Hebron pada Senin pagi dengan tuduhan telah melakukan “kegiatan ilegal,” klaim seorang juru bicara militer “Israel” kepada Ma’an.
Serangan penahanan terjadi di tengah “langkah-langkah keamanan” yang diperketat di seluruh wilayah Palestina yang diduduki oleh militer “Israel” selama liburan Paskah Yahudi tahun ini.
Juru bicara militer “Israel” mengklaim, sejalan dengan “kesepakatan status quo mengenai kebebasan beragama,” Masjid Ibrahimi di Kota Tua Hebron akan tetap ditutup untuk Muslim Palestina sampai Selasa malam, sementara hanya jamaah Yahudi yang akan diizinkan masuk ke dalam situs suci ITU.
Warga dan aktivis Hebron terkemuka Issa Amro mengatakan kepada Ma’an pada hari Ahad di Kota Tua sedang mempersiapkan untuk total kuncian oleh militer Israel saat ribuan warga Israel berencana untuk mengunjungi tempat suci selama Paskah.
Mengenai penutupan jalan dan langkah-langkah keamanan tambahan lainnya yang dilaksanakan di daerah, juru bicara militer “Israel” mengatakan kepada Ma’an bahwa apa yang mereka lakukan adalah langkah yang biasa.
“Paskah bagi orang Yahudi berarti kebebasan dan keadilan,” kata Amro kepada Ma’an. “Sayangnya bagi kita [warga Palestina] itu berarti diberlakukannya jam malam, pembatasan, diskriminasi, penahanan.”
Sementara Amro mengantisipasi tingkat penahanan yang lebih tinggi dari rata-rata oleh pasukan militer “Israel” karena untuk liburan, razia dini hari secara teratur juga dilakukan di wilayah Palestina yang diduduki.
Sejak awal 2016, pasukan “Israel” telah melakukan rata-rata 96 operasi pencarian dan penahanan mingguan, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan.
(banan/arrahmah.com)