GAZA (Arrahmah.com) – Para pasien leukemia di Jalur Gaza tidak mendapatkan pengobatan selama lebih dari 11 bulan, hingga membuat mereka berada dalam bahaya komplikasi dan kematian, menurut sebuah laporan yang dirilis pada Ahad (17/11/2013) oleh Pusat Hak Asasi Manusia Palestina, seperti dilansir Ma’an.
Pusat HAM Palestina tersebut menyeru kepada Otoritas Palestina Mahmoud Abbas untuk “segera turun tangan menyelamatkan para pasien itu dengan menginstruksikan Departemen Kesehatan di Ramallah untuk memberikan obat yang diperlukan oleh mereka, segera dan secara teratur.”
Laporan itu juga menyoroti penderitaan warga Palestina di Jalur Gaza yang menderita rheumatoid arthritis, yang telah kehilangan hak untuk mendapatkan obat yang mereka perlukan selama lebih dari dua tahun.
Menurut laporan itu, pasien leukemia di Jalur Gaza tidak mendapatkan obat sudah sejak Desember 2012 lalu, ketika pil Glivec yang mereka butuhkan sepenuhnya ditarik dari Rumah Sakit Shifa, pusat medis terbesar di Jalur Gaza.
Pusat HAM Palestina menekankan bahwa “tidak minum obat akan menyebabkan komplikasi kesehatan dan membuat hidup mereka beresiko,” dan menambahkan “perlu dicatat bahwa obat ini hanya bisa diperoleh melalui Departemen Kesehatan di Ramallah dan tidak bisa dibeli dari toko obat atau apotek di Jalur Gaza.”
Pusat HAM itu sebelumnya telah memohon kepada Otoritas Palestina untuk mengatasi situasi ini pada bulan April lalu, tapi otoritas Ramallah kemudian malah mengirimkan obat dengan jumlah yang tidak memadai sebagaimana pengobatan yang diperlukan. Menurut laporan itu, Departemen Kesehatan melakukan pengiriman 810 tablet satu kali, hanya cukup untuk pengobatan setengah sebulan pasien.
Laporan ini juga menekankan bahwa 80 pasien di Gaza menderita kekurangan obat-obatan untuk mengobati rheumatoid arthritis, dan menegaskan bahwa para dokter telah menekankan pasien mereka berisiko mengalami “komplikasi serius pada hati dan ginjal”
Jalur Gaza saat ini berada di tengah krisis kemanusiaan, karena kekurangan bahan bakar telah menyebabkan pembangkit listrik dan pompa air tutup dalam beberapa hari terakhir. Ini telah memotong akses untuk kebutuhan dasar bagi 1,7 juta warga Gaza.
Kurangnya bahan bakar solar merupakan akibat dari pengetatan blokade penjajah “Israel” selama 7 tahun.
Hingga bulan Juli tahun ini, terowongan yang menghubungkan Gaza ke Mesir menjadi jalan bagi warga Gaza untuk bertahan hidup di wilayah yang diblokade penjajah “Israel”. Akan tetapi terowongan itu kini telah dinyatakan lumpuh sejak penghancuran demi penghancuran yang dilakukan oleh pasukan penjajah “Israel” yang belakangan dibantu otoritas sekuler Mesir.
Blokade penjajah “Israel” telah berlangsung sejak tahun 2006, dan membatasi ekspor dan impor dari dan ke Jalur Gaza sehingga menyebabkan krisis ekonomi dan kemanusiaan yang meluas. (banan/arrahmah.com)