PARIS (Arrahmah.com) – Dengan meningkatnya serangan terhadap Muslim di Perancis, anak-anak Muslim kini sedang dipisahkan dari orang tua mereka. Media Perancis, khususnya, cenderung untuk fokus pada “radikalisme” dan “ekstremisme” dalam komunitas Muslim dan hampir tidak menyentuh isu-isu seperti Islamophobia, rasisme dan kebijakan luar negeri, sebagaimana dilansir oleh World Bulletin, Rabu (4/2/2015).
Pihak berwenang Perancis, yang sedang mengalami histeria setelah serangan Charlie Hebdo pada bulan Januari, mengambil anak-anak Muslim dari ibu mereka di Bourgoin Jallieu dekat Lyon pada Kamis lalu.
Pada saat itu ayahnya, Meher Msakni, berada di Tunisia, tapi ia segera pulang ke Perancis setelah mendengar berita itu.
Msakni mengatakan kepada Editor 5Pillars Roshan Muhammad Salih bahwa istrinya diberitahu oleh pihak berwenang bahwa ia dicurigai “radikalisme” dan berniat akan ikut berjihad di Suriah.
Msakni mengatakan bahwa ia tidak pernah punya niat seperti itu dan ia berada di Tunisia mempersiapkan untuk membawa keluarganya kembali ke sana karena ia merasa bahwa ia tidak lagi bisa “menjalankan Islam di Perancis“.
Ia juga mengatakan bahwa permohonannya untuk melihat anak-anaknya ditolak dan tidak mengetahui lokasi mereka. Anak-anaknya berusia 6, 5, 4, 18 bulan dan 3 bulan.
Editor 5Pillars Roshan Muhammad Salih mendatangi kantor polisi di Bourgoin Jallieu, pada Senin (2/2) tetapi mereka menolak untuk mengomentari kasus ini.
Koalisi Melawan Rasisme dan Islamofobia (CRI) yang berbasis di Lyon mengatakan bahwa ibu anak-anak itu, Aisya, menerima kunjungan dari polisi dan pelayanan sosial pada hari Kamis dan atas perintah otoritas yudisial mereka mengambil tiga dari anak-anaknya. Anak yang paling tua secara terpisah dijemput dari sekolah mereka.
Menurut CRI, sementara ini ibunya sedang panik dan menangis dan memohon kepada pihak berwenang untuk membiarkan dia menyusui anaknya yang berusia 3 bulan.
(ameera/arrahmah.com)