DHAKA (Arrahmah.com) – Pasca penangkapan beberapa ulama terkemuka dua hari lalu, polisi Bangladesh menangkapi ratusan anggota kelompok Islam Hefazat e Islam.
Penangkapan ini sebagai buntut aksi unjuk rasa anti Modi yang berujung ricuh dan bahkan korban jiwa pekan lalu.
Unjuk rasa sendiri dilakukan di beberapa distrik di Bangladesh dan hampir melumpuhkan ibukota ketika kunjungan Perdana Menteri India Narendra Modi akhir Maret lalu.
Mereka menuding Modi memicu kekerasan komunal terhadap muslim di India.
Dalam unjuk rasa tersebut, setidaknya ada 13 orang pengunjuk rasa yang meninggal dunia.
Menindaklanjuti protes tersebut, Polisi menangkap ratusan anggota kelompok itu.
Salah satu tokoh terkemuka dari kelompok itu adalah Mamunul Haque yang merupakan sekretaris gabungan Hefazat.
“Dia ditangkap atas tuduhan kekerasan oleh Hefazat e Islam,” kata juru bicara polisi Ifetkharul Islam kepada AFP, dilansir Al Jazeera (19/4/2021).
Dia menjelaskan bahwa Haque adalah pemimpin senior ketujuh dari Hefazat yang ditangkap pekan ini.
Para pemimpin tersebut diperkirakan akan didakwa dengan pecahnya kekerasan selama protes dan demonstrasi anti-Modi Maret lalu.
Selain tujuh pemimpin top kelompok itu, sekitar 298 pendukung dan aktivis Hefazat lainnya juga ditangkap di distrik pedesaan timur Brahmanbaria di mana demonstrasi anti-Modi juga diadakan Maret lalu.
“Kami menangkap mereka dengan mengidentifikasi mereka melalui rekaman video,” kata wakil kepala polisi Brahmanbaria, Mohammad Roish Uddin.
Menanggapi penangkapan massal tersebut, juru bicara Hefazat Jakaria Noman Foyezi mengatakan kepada AFP bahwa klaim polisi terhadap mereka palsu dan dibuat-buat.
Sebagai informasi, Hefazat merupakan organisasi Islam terbesar di Bangladesh yang didirikan pada tahun 2010 lalu. Kelompok ini mendapat dukungan dari jutaan siswa dan guru di ribuan madrasah berpenduduk mayoritas Muslim. (hanoum/arrahmah.com)