KABUL (Arrahmah.com) – Seorang pejabat PBB mengatakan kekerasan yang terjadi baru-baru ini di Afghanistan tidak akan menghentikan misinya dan tidak akan membuat PBB keluar dari negeri tersebut, BBC melaporkan, Sabtu (2/4/2011).
Kepala Misi, Staffan de Mistura, mengatakan staf di Mazar-e Sharif, di mana tujuh pekerja PBB tewas pada hari Jumat (1/4), akan dipindah untuk sementara ke Kabul.
Serangan yang terjadi setelah protes terhadap pembakaran Al Quran di AS bulan lalu, merupakan serangan terburuk terhadap misi PBB sejak invasi pimpinan Amerika bermula tahun 2001.
Sepuluh orang tewas dilaporkan di Kandahar pada hari Sabtu (2/4) selama protes serupa.
Ratusan orang ambil bagian dalam demonstrasi. Tembakan terdengar dan tidak sedikit mobil yang dibakar.
‘Salahkan pastor’
Berbicara selama kunjungan ke Mazar-e Sharif, de Mistura mengatakan, serangan hari Jumat tidak seharusnya membatasi misi PBB di negeri ini, apalagi negeri ini sedang mengalami masa sulit.
Dia mengatakan satu-satunya orang yang bisa disalahkan atas kekerasan itu adalah pendeta Dove World Outreach Center yang berbasis di Florida
Sementara itu, pihak berwenang di Kandahar dan Mazar-e Sharif mengklaim Taliban sebagai pelaku serangan. Namun, Taliban telah menolak tuduhan tersebut.
Demonstrasi ini dipicu oleh tindakan Pastor Wayne Sapp, yang pada tanggal 20 Maret di Dove World Outreach Center di Gainesville, Florida, merendam sebuah Al Quran di dalam minyak tanah, menggelar pidato yang menyalahkan kitab suci Islam, dan kemudian membakarnya.
Insiden pembakaran ini berlangsung di bawah pengawasan Pastor Terry Jones, yang tahun lalu memantik kecaman atas rencananya untuk membakar salinan Quran pada peringatan serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat.
Saksi mengatakan, protes di Mazar-e Sharif, yang dimulai di luar Masjid Biru setelah shalat Jumat, dimulai dengan damai tapi tiba-tiba berubah menjadi kekerasan.
Massa bergerak ke dekat kompleks PBB. Beberapa demonstran dibunuh oleh penjaga kompleks, yang kemudian dikuasai oleh massa.
Farhad Ahmad Munir, juru bicara gubernur provinsi, mengklaim kelompok tersebut menyita senjata dari para penjaga kompleks dan melepaskan tembakan sebelum menyerbu gedung.
Salah satu korban tewas dari staf PBB adalah pria berkewarganegaraan Swedia, sementara yang lainnya dari Norwegia. Para korban asing lainnya yang disinyalir dari Rumania dan empat orang Nepal. (althaf/arrahmah.com)