BAGHDAD (Arrahmah.com) – Penasihat AS yang berwenang untuk membantu pasukan keamanan Irak dalam menghadapi Mujahidin mengatakan bahwa tentara Irak berada dalam kondisi krisis. Mereka kekurangan peralatan dan terguncang oleh desersi sehingga mereka mungkin tidak dapat merebut kembali wilayah-wilayah yang cukup besar yang dikuasai oleh Mujahidin, selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, sebagaimana dilansir oleh Washington Post, Ahad (22/6/2014).
Seorang pejabat AS mengatakan bahwa militer Irak terguncang atau mengalami “kehancuran psikologis” dalam menghadapi serangan dari Mujahidin.
Keputusasaan militer Irak sudah mencapai tingkat yang sedemikian rupa. Sehingga Perdana Menteri (PM) Nouri al-Maliki terpaksa harus mengandalkan para relawan syi’ah dengan dibekali sedikit pelatihan militer. Upaya ini dilakukan untuk melindungi sejumlah wilayah yang menjadi target serangan Mujahidin.
“Seiring berjalannya waktu, yang terjadi adalah bahwa militer Irak saat ini tidak memiliki kemampuan untuk mempertahankan dirinya. kata analis dan mantan penasihat untuk tentara AS di Irak, Rick Brennan, seperti dikutip oleh Washington Post.
“Jika kita tidak bisa menemukan cara yang tepat, saya pikir kita akan melihat awal dari disintegrasi Irak,” tegasnya.
Pemerintah AS telah mempercepat pengadaan peralatan pengintaian sejak kekalahan militer Irak di kota Mosul bulan ini, namun pemerintah Irak yang didominasi Syiah telah menyatakan frustrasi terhadap kecepatan dan ruang lingkup bantuan tersebut.
Mantan duta besar AS untuk Irak, James Jeffrey, mengatakan bahwa masalah mendasar bagi militer Irak adalah kekuatan sektarian. Hal itu kemudian dikombinasikan dengan fakta bahwa militer Irak memiliki jenderal yang menjilat, memiliki moral rendah dan tenaga relawan Syiah. Mereka tidak melakukan banyak latihan. Mereka tidak memiliki peralatan atau keterampilan seperti yang dimiliki Mujahidin.
Krisis di tubuh militer Irak adalah hasil dari korupsi, kepemimpinan dan intelijen yang buruk, dan sangat kurangnya perhatian terhadap pelatihan, kata mantan penasihat AS kepada angkatan bersenjata Irak yang berbicara dalam kondisi anonimitas karena sensitivitas situasi.
Jabar Yawar, juru bicara pasukan keamanan Kurdi yang mengontrol garis depan antara wilayah semi-otonom Kurdistan dan Mosul yang diduduki Mujahidin, membantah bahwa pasukan Irak menyusun kembali satuan pasukan di daerah itu.
“Di provinsi Mosul dan di Salahuddin, tidak ada tentara Irak atau polisi atau apa pun,” kata Yawar. Dan setiap hari, Mujahidin tampaknya menguasai lebih banyak wilayah, memperluas kontrol ke desa-desa di pinggiran negara yang sedang berkembang, dan di sepanjang perbatasan Irak dengan Suriah.
“Tidak ada perlawanan dari tentara Irak karena mereka tidak memiliki nasionalisme, tidak ada kepemimpinan,” katanya. “Tidak ada rasa perlindungan bagi bangsa ini,” tegas Yawar.
(ameera/arrahmah.com)