JAKARTA (Arrahmah.com) – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mempelajari citra Gunung Anak Krakatau dari berbagai satelit, termasuk satelit Sentinel-1 milik Uni Eropa dan TerraSAR-X kepunyaan Jerman.
Satelit tersebut memperlihatkan citra Anak Krakatau secara jernih, baik malam ataupun siang hari, tanpa gangguan awan.
Lewat gambar-gambar itu, bisa dilakukan pengukuran ketinggian dan volume Anak Krakatau, terutama di bagian barat yang dikenal rentan runtuh.
Awalnya, tinggi kerucut Anak Krakatau mencapai angka 338 meter, kini hanya tersisa 110 meter. Selain tinggi yang tergerus, volume gunung berapi itu juga menyusut.
PVMBG menyebut sekitar 150-170 juta meter kubik hilang akibat longsor dan menyisakan volume gunung sebanyak 40-70 juta meter kubik.
Kendati demikian, tidak diketahui volume massa gunung yang longsor ke laut pada 22 Desember ataupun hari-hari setelahnya, saat aktivitas vulkanik Anak Krakatau terus meningkat.
Para peneliti bisa memberikan perkiraan yang lebih akurat setelah langsung mengunjungi lapangan dan melakukan survei yang lebih detail. Namun dengan erupsi yang terus terjadi dan adanya peringatan zona keselamatan 500 meter hingga satu kilometer dari Anak Krakatau, tidak ada yang berani mendekat.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan tsunami Selat Sunda mengakibatkan 431 orang tewas, ribuan luka-luka dan 15 orang dikabarkan masih hilang. Sementara itu, tsunami dan ancaman erupsi Krakatau juga membuat lebih dari 40 ribu orang harus mengungsi.
Perubahan tubuh Gunung Anak Krakatau. PVMBG memperkirakan yang semula tinggi 338 meter, saat ini 110 meter. Volume Anak Krakatau hilang 150-170 juta m3. Volume saat ini 40-70 juta m3. Berkurangnya volume tubuh GAK disebabkan proses rayapan tubuh & erosi selama 24-27/12/2018. pic.twitter.com/bDish7O0Ms
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_PN) December 28, 2018
Sumber: BBC
(ameera/arrahmah.com)