DEIR EZZOR (Arrahmah.id) – Taym Saleh (25), nama samaran untuk seorang wanita muda yang tinggal bersama orang tuanya di kota Qoriya yang dikuasai rezim Suriah, sedang hamil dan khawatir tentang nasib bayinya, karena suami tidak mengenali bayinya karena alasan yang tidak diketahui.
Sang ayah sebelumnya memaksa Saleh untuk “menikah” dengan seorang anggota milisi Syiah Iran Al Quds selama tiga bulan dengan imbalan 200.000 SYP ($50), kata Saleh kepada North Press Agency (14/3/2022).
Saleh mengatakan bahwa ayahnya adalah seorang tukang kebun di sebuah peternakan milik orang-orang Syiah.
Nikah mut’ah atau nikah kontrak ini mennjadi marak di kota Deir Ezzor pasca pasukan pemerintah Suriah kembali memegang kendali.
Banyak gadis-gadis Suriah di Deir Azzur terpaksa dan dipaksa menikahi anggota milisi Syiah yang membantu Suriah dengan sejumlah uang tertentu.
Milisi-milisi Syiah Iran ini merambah hingga ke pedesaan Deir ez-Zor pasca mereka menguasai kota dan dan mengalahkan militan Islamic State (ISIS) pada tahun 2017.
Pasca meningkatnya kehadiran mereka di daerah itu, banyak warga yang diajak menjadi pemeluk Syiah. Masjid-masjid pun diubah menjadi tempat ibadah Syiah.
Banyak warga Deir Azzur panik dan takut dengan adanya perubahan tradisi, kebiasaan, dan keyakinan itu, terlebih praktik nikah mut’ah, yang semakin meluas. Sebagian akhirnya memutuskan untuk pindah.
Ali Saleh (63) pindah ke daerah lain karena putranya berubah keyakinan menjadi seorang Syiah dan bergabung menjadi anggota milisi Syiah Iran sambil “menikahi” lebih dari satu gadis.
“Kerabat saya dan orang-orang kampung saya tidak lagi menghormati saya karena anak saya menikah lebih dari satu gadis dengan alasan nikah mut’ah. Dia sering mengancam saya untuk menerima pernikahannya. Saya tidak punya kekuatan untuk mencegahnya,” katanya.
Saleh menambahkan bahwa keluarga gadis-gadis itu tidak dapat menolak lamaran pernikahan kecuali ayah gadis itu memiliki pengaruh besar di antara faksi-faksi Syiah. Setiap ayah yang menolak membiarkan putrinya menikah dengan anggota milisi Syiah akan dipenjara dan dipermalukan.
Sebagian besar kasus pernikahan terjadi tanpa persetujuan dari gadis itu sendiri. Namun keluarga gadis-gadis itu setuju, selain karena ketakutan juga karena situasi ekonomi di Suriah sangat sulit.
Pernikahan mut’ah ala Syiah ini memicu kepanikan dan ketakutan di antara penduduk karena fenomena ini aneh, asing, dan bertentangan dengan tradisi dan kebiasaan Islam yang dipeluk mayoritas warga Deir Azzur. (hanoum/arrahmah.id)