ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Pakistan akan memberikan lebih dari $28 juta bantuan kemanusiaan langsung ke Afghanistan dan akan mengurangi pembatasan perjalanan dan perdagangan di perbatasan daratnya.
Pengumuman itu dibuat pada Kamis (21/10/2021) setelah Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi menyelesaikan perjalanan satu hari ke Kabul, yang pertama sejak Taliban merebut kekuasaan di negara tetangga.
Berbicara pada konferensi pers di ibukota Pakistan Islamabad, Qureshi mengatakan pembicaraan tingkat delegasi dengan pemerintah sementara Afghanistan, termasuk Perdana Menteri sementara Afghanistan Mohammad Hassan Akhund, membuahkan hasil yang positif.
“Rakyat Pakistan berdiri bersama rakyat Afghanistan di masa sulit ini,” ungkap Qureshi. “Kami tidak pernah melupakan hal ini, dan ini tetap menjadi fokus kami.”
Pembatasan yang diberlakukan Pakistan pada pergerakan barang dan pelancong melalui dua penyeberangan darat utama antara negara-negara tersebut telah menjadi titik utama ketegangan dalam beberapa pekan terakhir.
Qureshi mengumumkan perubahan kebijakan yang signifikan setelah kunjungannya ke Kabul.
Pengunjung Afghanistan ke Pakistan dengan visa yang sah sekarang dapat melintasi perbatasan dengan bebas, dengan fasilitas e-visa yang diperkenalkan untuk merampingkan proses aplikasi visa, tambahnya.
Biaya visa juga telah dibebaskan hingga 31 Desember. Dokumentasi tambahan dan persyaratan biaya untuk “gate pass” kini juga telah dihapus.
Pelancong Afghanistan yang mencari perawatan medis di Pakistan atau menghadapi keadaan darurat medis akan diberikan visa pada saat kedatangan.
Jam penyeberangan perbatasan juga ditingkatkan, dengan koridor penyeberangan pejalan kaki dibuka selama 12 jam sehari, dibandingkan dengan delapan jam sebelumnya, dan koridor perdagangan beroperasi 24 jam sehari.
Sejak merebut kekuasaan pada pertengahan Agustus, pemerintah sementara Taliban di Afghanistan telah menghadapi krisis ekonomi yang memburuk, dengan sebagian besar aset bank sentral dibekukan di luar negeri dan aktivitas ekonomi internal hampir terhenti.
Mengatasi kekhawatiran tersebut, Qureshi mengatakan Pakistan telah menurunkan bea impor buah-buahan dan sayuran segar Afghanistan, dan bahwa sebuah kelompok kerja telah dibentuk untuk memeriksa di mana bea dapat dikurangi atau dihapus pada komoditas lain.
“Terkait perdagangan … pengusaha Afghanistan menghadapi banyak kesulitan,” papar Qureshi. “Sekarang kami telah memutuskan bahwa jika ada pengusaha Afghanistan yang ingin datang ke Pakistan sehubungan dengan perdagangan maka mereka akan mendapatkan visa pada saat kedatangan selama 30 hari.”
Pembicaraan juga diadakan mengenai masalah keamanan. Pakistan meningkatkan kekhawatiran mengenai penggunaan tanah Afghanistan oleh kelompok bersenjata Taliban Pakistan, juga dikenal sebagai TTP, melawan terhadap Pakistan.
Qureshi pun menyampaikan harapan masyarakat internasional dari pemerintah sementara Taliban Afghanistan untuk mencapai pengakuan internasional.
“Saya menjelaskan hal-hal yang diharapkan masyarakat internasional dari mereka … misalnya, tentang inklusivitas, misalnya, tentang hak-hak dasar, tentang hak-hak perempuan, tentang pendidikan anak perempuan, misalnya, tentang pengurangan ruang bagi organisasi teroris internasional,” lanjutnya.
Delegasi Afghanistan termasuk PM sementara Akhund, Wakil PM Abdullah Hanafi, Menteri Luar Negeri Amir Khan Muttaqi, Menteri Keuangan Hidayatullah Badri, Menteri Pertahanan Muhammad Yaqoob, Menteri Pertambangan dan Perminyakan Muhammad Isa Akhund, Menteri Perdagangan Nooruddin Azizi, dan Menteri Perbatasan dan Kawasan Suku Noorullah Noori.
Delegasi Pakistan termasuk kepala Inter-Services Intelligence (ISI), Letnan Jenderal Faiz Hamid, pejabat senior keamanan dan militer, pejabat kementerian perdagangan dan pejabat senior kementerian luar negeri. (Althaf/arrahmah.com)