MELBOURNE (Arrahmah.com) – Setelah tinggal di Melbourne selama bertahun-tahun, beberapa Muslim Australia seperti Susan Carland dan Waleed Aly telah berprestasi sebagai duta Muslim modern sukses, yang mencerminkan ajaran Islam melalui kepribadian mereka yang menarik, kecerdasan dan spiritualitas memadai.
Aly mempraktikkan sisi spiritualnya “dengan membawa imannya dalam hal politik, etika dan masalah-masalah kepentingan publik,” Editor Scott Stephens menggambarkan pada artikel bertajuk ‘Australian Muslim Waleed Aly’, OZY melaporkan pada Selasa (20/5/2014).
Pasangan ini mewujudkan “dua tradisi besar dalam Islam” yakni “zuhud, intelek, kritis” serta “sangat gemar ibadah dan ramah”.
Selama bertahun-tahun, pasangan Muslim telah muncul sebagai contoh kesuksesan integrasi Muslim sukses di masyarakat Australia, dianggap sebuah perpaduan agama dan modernitas.
Aly (35) adalah penyiar media yang memiliki acara radio berdurasi dua jam di ABC (penyiaran publik nasional Australia) Senin sampai Kamis, penulis kolom dan host ‘Sydney Morning Herald’ dua berita TV yang tayang setiap Jumat dan akhir pekan.
Aly, warga negara Australia keturunan Mesir, telah memulai karirnya dalam media sejak tahun 2009. Ia juga mahasiswa Ph.D. yang melakukan studi “terorisme” di Monash University.
Istrinya, Susan, masuk Islam ketika ia berusia 19, sempat menghadapi kritik besar dari keluarga Kristennya.
“Setelah dahulu sempat memiliki reaksi spontan saya terhadap Islam, seperti ‘Oh tidak, tidak, Islam jahat, seksis, agama menjijikkan,’ lalu Allah menunjuki saya jalan lewat membaca. Semakin saya membaca, semakin saya merasa ‘ada sesuatu di sana’,” kata Susan (34).
Susan telah menulis artikel untuk media. Selain itu, dia memberikan wawancara membahas alasan umum antara Islam dan feminisme.
“Dia mampu mengambil kisah-kisah perempuan dalam Al-Qur’an dan membuatnya mudah dimengerti aplikasinya untuk pria dan wanita hari ini,” kata Saara Sabbagh, pendiri organisasi perempuan Muslim Kebajikan Australia, yang telah berteman dengan Carland selama dua puluh tahun.
“Dia mampu menghidupkan kembali kecendiaan perempuan dengan cara yang belum pernah dilakukan. Wanita Muslim selama ini merasa tidak aman di dalam iman mereka sendiri dalam arti bahwa ia telah ditafsirkan salah oleh non-Muslim begitu lama.”
“Susan membawa rekoneksi ilahiah untuk wanita Muslim modern. Saya percaya dia akan menjadi salah satu wanita paling berpengaruh di Australia.”
Tantangan
Menjadi Muslim di Australia, pasangan ini mengalami diskriminasi dan sentimen anti-Muslim setelah 9/11.
“Kami pernah melalui periode dimana kami secara nyata diserang orang sekitar,” kata Susan.
“Kecaman yang intens terjadi sampai sekitar 2007. Saat itu benar-benar perasaan ini seperti terus-menerus diawasi oleh siapa pun, seolah menghadapi barikade moral masyarakat,” tambah Aly.
Dia mencatat bahwa situasi telah berubah dengan meningkatnya kontribusi Muslim di masyarakat Australia.
“Kami telah mencapai titik evolusi yang nyata,” kata Aly.
Muslim telah berada di Australia selama lebih dari 200 tahun, membentuk 1,7 persen dari populasi 20 juta jiwa. Islam adalah agama terbesar kedua di negara itu setelah agama Kristen.
Dalam posting 9/11 Australia, Muslim telah dihantui dengan kecurigaan dan patriotisme mereka dipertanyakan sebagai warga negara Australlia.
Sebuah jajak pendapat 2007 dilakukan IDA, menemukan bahwa warga Australia pada dasarnya melihat Islam sebagai ancaman terhadap cara hidup Australia.
Sebuah laporan pemerintah baru-baru ini mengungkapkan bahwa Muslim menghadapi Islamophobia dan perlakuan rasis yang belum pernah ada sebelumnya.
Meskipun sentimen anti-Muslim ada, pasangan Muslim ini, dengan kepribadian yang humoris, halus, vokal dan menarik mereka, dapat mencuri perhatian dan kesan Muslim yang baik di setiap acara yang mereka hadiri.
Teman-teman mereka menyebut mereka sebagai “Muslim Brangelina”.
“Dia adalah salah seorang yang berpikiran paling tajam di ruang publik,” kata Stephens, mencatat analisis politik Aly yang tajam dan gaya wawancaranya yang bersifat ” forensik”.
“Aly pria muslim yang luar biasa cerdas”.
Stephens mengatakan Aly “diidolakan” oleh para akademisi Muslim muda karena “ia memberi mereka keyakinan bahwa sangat mungkin untuk menjadi seorang Muslim di depan umum tanpa selalu menjadi tunduk pada kecurigaan publik.” (adibahasan/arrahmah.com)