TUNIS (Arrahmah.com) – Presiden Gerakan Islam Tunisia, Rashid Ghannoushi, menolak keterlibatan partainya dalam kekerasan terakhir di negara Afrika Utara itu, lapor Press TV, Jumat (22/7/2011).
Dalam konferensi pers hari Rabu (20/7), Ghannoushi mengatakan ada konspirasi yang bertujuan untuk memprovokasi para pemuda yang taat dalam agamanya untuk menggunakan kekerasan, seperti dikutip oleh Fars News Agency.
Dia mengatakan partainya, An Nahda, tidak pernah meminta satu aktivis pun untuk mengikuti setiap tahap demonstrasi dan karenanya tidak akan bertanggung jawab atas kerusuhan di sejumlah kota Tunisia.
Ghannoushi mengutuk bentrokan baru-baru ini, mengatakan bahwa hal itu merupakan salah satu cara bagi sejumlah pihak untuk menunda pemilihan yang dijadwalkan akan diselenggarakan pada tanggal 23 Oktober mendatang. Dia juga mendesak pemuda Tunisia untuk menjauh dari kekerasan.
Ghannoushi membuat pernyataan setelah Perdana Menteri Tunisia, Beji Caid Essebsi, menuduh kelompok agama ‘radikal’ memrovokasi kerusuhan di negara itu.
Seorang bocah 14 tahun tewas dan dua orang lainnya terluka parah selama protes yang berujung kekerasan di kota Sidi Bouzid pada hari Senin lalu.
Para pemuda berkumpul sejak Minggu malam dan melemparkan bom bensin dan batu ke arah polisi dan tentara, kantor berita Tunisia, TAP, melaporkan. Mereka marah atas tingginya pengangguran, korupsi, dan tindakan represi. Mereka mengeluhkan bahwa mereka yang menggantikan Ben Ali tidak memberikan perubahan yang signifikan. (althaf/arrahmah.com)