JAKARTA (Arrahmah.com) – Partai Demokrat mengakui pernah memberi sedekah sebesar 10 ribu dolar AS ke Pondok Pesantren Al-Zaytun. Selasa (3/5/2011) Ketua DPP Partai Demokrat Jafar Hafsah menegaskan, sumbangan tersebut biasa dilakukan Demokrat sebagai partai politik ke banyak pondok pesantren.
Jafar mengakui, sekitar dua-tiga bulan lalu, DPP Demokrat secara resmi mengunjungi pondok pesantren pimpinan Panji Gumilang itu di Indramayu, Jawa Barat. Kunjungan ke Al-Zaytun merupakan bagian dari kunjungan resmi pimpinan partai ke 10 pondok pesantren yang ada di Jawa Barat. Rombongan langsung dipimpin oleh Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.
“Itu biasa mengunjungi pondok pesantren. Saya ini lagi kunjungan kerja saja mengunjungi pondok pesantren di Sulsel. Jadi, kunjungan ke pondok pesantren adalah bagian dari pengabdian kami di partai dan di DPR juga. Kami ke pondok pesantren, sekolah rakyat, pasar becek, ketemu petani,” ungkapnya seperti yang ditulis kepada Kompas.com.
Sementara itu Mantan Menteri Peningkatan Produksi Negara Islam Indonesia (NII) Imam Supriyanto di Gedung MPR di Jakarta pada Senin (2/5) mengatakan bahwa aktivis NII mulai masuk ke sejumlah partai politik, seperti Partai Golkar, Partai Demokrat, dan Partai Republikan.
“Meskipun aktivis NII tersebut baru sebatas anggota belum menjadi pengurus,” kata Imam Supriyanto, usai bertemu Wakil Ketua DPR RI, Priyo Budi Santoso.
Menurut Imam, NII Komandemen Wilayah IX (KW IX) yang dipimpin oleh Panji Gumilang juga sedang melakukan rekrutmen banyak anggota dari generasi muda, terutama pelajar dan mahasiswa. Pada rekrutmen tersebut, NII KW IX tidak mengajarkan ideologi teror dan kekerasan, tapi mengajarkan membayar infaq dan sodaqoh.
Hal senada diungkapkan oleh Kamal Singadirata yang juga mantan petinggi NII bahwa aktivis NII KW IX masuk ke berbagai kalangan termasuk partai politik. Bahkan putra pimpinan NII KW IX Panji Gumilang, saat ini menjadi anggota DPRD Kabupaten Indramayu dari Fraksi Partai Golkar.
Tidak hanya itu Imam Supriyanto membuat pengakuan lagi bahwa keluarga Cendana sebagai salah satu penyumbang ke Pondok Pesantren Al Zaytun.
“Ya benar, keluarga Cendana memberikan sumbangan sebesar Rp5 miliar. Sumbangan itu diberikan masing-masing oleh Siti Hardiyanti Rukmana atau Mbak Tutut, Bambang Triatmodjo dan Ari Sigit Soeharto. Saya yang menerima bantuan itu sebanyak dua kali,” kata Imam di Jakarta, Selasa (3/5).
Imam yang ketika itu menjadi Wakil Ketua Pondok Pesantren Al Zaytun mengatakan, sumbangan tersebut diberikan secara bertahap tahun 2005.
“Selesai dibangun, gedung itu diberi nama Gedung Jenderal Besar Soeharto. Gedung tersebut merupakan pusat aktifitas Universitas Al Zaytun,” ujar Imam. Ia menambahkan, sumbangan tersebut diserahkan oleh sekretaris mantan Presiden Suharto, Kolonel Maliki.
Di Negara Indonesia ini betapa banyak rakyat miskin, yang tak bisa makan, sekolah, dan mendapat pelayanan kesehatan yang layak. Lihatlah berapa banyak rumah-rumah kumuh di pinggiran sungai yang melintasi kota-kota besar, berapa banyak anak-anak putus sekolah dan bermetamorfosa menjadi anak jalanan.
Berita-berita tentang sekolah yang hampir roboh, bayi-bayi dibuang karena alasan ekonomi, dan gizi buruk yang melanda negeri seperti tak terjamah oleh “uang sedekah” para elit partai yang punya banyak uang.
Padahal mereka lah yang sesungguhnya diharapkan “sedekah” dan perhatian dari para pejabat dan partai politik kita. Karena merekalah rakyat yang sebenarnya. Tetapi kenapa ya para pemimpin kita masih jauh memilih “bersedekah” pada pesantren Al Zaytun hanya untuk membangun gedung?. (rasularasy/arrahmah.com)