JAKARTA (Arrahmah.com) – Ormas Islam Perhimpunan Muslimin Indonesia (Parmusi) mengecam penuh tindakan tidak beradab yang terjadi di Aleppo, Suriah dalam waktu sepekan terakhir. Selanjutnya meminta pemerintah Indonesia berperan aktif di Suriah karena bagaimanapun juga Parmusi berprinsip pada ayat Al Quran Innamal mu’minuna Ikhwah, sesungguhnya sesama mukmin besaudara.
“Saya kira ini kita kecam penuh dan seharusnya pemerintah Indonesia berupaya mengambil peran bagaimana menyelesaikan persoalan tersebut, memberikan kontibusi pemikiraanlah minimal atau memberikan bantuan kemanusiaan sebagaimana yang kita lakukan terhadap Paleestina,” terang Ketua Umum Parmusi Usamah Hisyam menjawab pertanyaan Arrahmah.com usai pembukaan Rakornas Parmusi di Jakarta, Sabtu (17/12/2016) malam.
“Suatu tindakan yang tidak beradab, pada saat dunia sedang membangun peradaban baru yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan justru di Suriah sebaliknya, malakukan pembantaian dan seterusnya yang tidak beradab lagi,” tambahnya.
Diketahui, rezim Syiah Suriah Bashar Asad dan sekutu-sekutunya tidak hanya menghancurkan kota demi kota, namun mereka juga terus menerus membunuh secara brutal saudara-saudari Muslim Suriah kita tanpa bimbingan agama atau etika kemanusiaan. Ribuan warga sipil dan pejuang oposisi meninggalkan di Aleppo timur pada Kamis (15/12) di bawah kesepakatan evakuasi yang akan memungkinkan rezim Syiah Suriah untuk mengambil kontrol penuh atas kota tersebut setelah bertahun-tahun pertempuran. Sementara itu sebanyak 50.000 orang masih terjebak di kota itu. Bahkan menurut wartawan di lokasi kejadian, sedikitnya empat warga sipil telah tewas dan empat lainnya terluka ketika milisi Syiah yang didukung Iran melepaskan tembakan ke arah konvoy evakuasi warga sipil yang terluka dari lingkungan Aleppo timur.
Saksi menggambarkan adegan pembantaian sebelumnya terjadi di sana dengan warga sipil yang terbaring di tengah puing-puing di jalan-jalan Aleppo timur sementara warga yang putus asa duduk di trotoar yang dijadikan sebagai tempat penampungan.
“Derita kami dikepung. Mengapa kami bersembunyi? Tidak ada yang bisa kami lakukan. Kami akan mati atau ditangkap,” kata Ibrahim Abu Al-Laith, juru bicara tim penyelamat White Helmet.
Jan Egeland, penasihat khusus PBB untuk Suriah, Selasa (13/12), mengatakan 24 jam terakhir telah menjadi situasi paling dramatis sejauh ini, menyebutnya sebagai “pertempuran berdarah, pahit, mengerikan untuk Aleppo.”
(azmuttaqin/arrahmah.com)