AMMAN (Arrahmah.id) – Parlemen Yordania telah memilih untuk mengusir duta besar “Israel” untuk Amman setelah Menteri Keuangan ekstremis, Bezalel Smotrich berbicara di sebuah acara di Paris pekan ini di samping peta yang menunjukkan ‘Israel Raya’, yang mencakup Yordania dan Tepi Barat yang diduduki.
Pemungutan suara tidak mengikat yang disahkan hampir dengan suara bulat ini, mendesak pemerintah Yordania untuk mengambil “langkah efektif” terhadap pernyataan dan perilaku Smotrich – termasuk pengusiran duta besar Amir Weissbrod dari Amman.
Saat tampil di sebuah acara di Paris, Smotrich menyangkal keberadaan identitas Palestina.
“Tidak pernah ada orang Palestina, karena memang tidak ada orang Palestina,” kata Smotrich di depan warga Prancis pendukung “Israel”.
Anggota parlemen Yordania mengatakan tindakan menteri “Israel” mencerminkan arogansi “Israel” dan tidak menghormati perjanjian dan konvensi internasional.
Selama pemungutan suara, peta wilayah Yordania yang membentang ke Mediterania ditampilkan di majelis, menyindir apa yang dilakukan Smotrich.
Yordania sebelumnya menuntut pemerintah “Israel” mengambil sikap yang jelas dan memanggil duta besar “Israel” di Amman untuk menyuarakan penolakannya atas apa yang disebutnya sebagai “pidato rasis”.
Yordania menjadi negara Arab kedua yang menjalin hubungan diplomatik dengan “Israel” pada 1994, tetapi baru-baru ini kedua negara mengalami beberapa perselisihan.
Sumber pemerintah Yordania mengatakan kepada Reuters pada Senin (20/3) bahwa kerajaan telah menerima jaminan dari “Israel” bahwa perilaku Smotrich tidak mewakili posisi mereka.
Namun usulan pengusiran duta besar “Israel” akan menandakan penurunan lebih lanjut dalam hubungan dengan “Israel”. Pejabat Yordania telah mempertahankan saluran terbuka dengan rekan-rekan “Israel” mereka selama bertahun-tahun.
Smotrich adalah bagian dari pemerintahan sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang mulai menjabat pada Desember dan telah meningkatkan ketegangan pada hubungan “Israel” dengan tetangga Arabnya.
Menteri keuangan ekstremis itu telah menghadapi teguran internasional pada awal Maret setelah menyerukan agar Hawara di Tepi Barat yang diduduki “dimusnahkan” setelah para pemukim melancarkan serangan mengerikan di kota Palestina itu. (zarahamala/arrahmah.id)