BAGHDAD (Arrahmah.id) – Anggota parlemen di Irak telah memilih politisi Kurdi Abdul Latif Rashid sebagai presiden baru negara itu, membuka jalan bagi pembentukan pemerintahan baru dan mengakhiri satu tahun kebuntuan, bahkan ketika roket mendarat di dekat gedung parlemen.
Rashid menggantikan Barham Saleh [sesama Kurdi] sebagai kepala negara setelah pemungutan suara dua putaran di parlemen pada Kamis (13/10/2022), memenangkan lebih dari 160 suara melawan 99 untuk Saleh, kata seorang pejabat majelis. Saleh dilaporkan keluar dari gedung parlemen saat penghitungan suara, lansir Al Jazeera.
Politisi Syiah Mohammed Shia al-Sudani dengan cepat ditunjuk sebagai perdana menteri, dengan asumsi tugas mendamaikan faksi-faksi Syiah yang bertikai dan membentuk pemerintahan setelah satu tahun mengalami kebuntuan. Al-Sudani menggantikan Perdana Menteri sementara Mustafa al-Kadhemi.
Dalam sistem pembagian kekuasaan Irak, kursi kepresidenan dicadangkan untuk kelompok-kelompok Kurdi, sementara jabatan perdana menteri berada di bawah blok Syiah. Ketua parlemen adalah seorang Sunni.
Sudani berusia 52 tahun, yang mendapat dukungan dari Kerangka Koordinasi pro-Iran, sekarang akan memiliki waktu 30 hari untuk membentuk pemerintahan, tugas berat yang akan membutuhkan kemenangan atas mereka yang berafiliasi dengan pemimpin Syiah berpengaruh Muqtada al-Sadr.
Kebuntuan politik terbaru dimulai setelah al-Sadr muncul sebagai pemenang terbesar dalam pemilihan parlemen Oktober 2021, tetapi gagal menggalang dukungan yang cukup untuk membentuk pemerintahan. Al-Sadr pada Agustus mengumumkan apa yang disebutnya “penarikan terakhir” dari politik, memicu protes yang menewaskan sedikitnya 30 orang.
Pada Juli, ketika al-Sudani pertama kali diusulkan untuk peran tersebut, pengunjuk rasa yang didukung oleh al-Sadr juga menyerbu parlemen. Kebuntuan telah membuat kedua belah pihak mendirikan kamp protes di Zona Hijau yang dijaga ketat, yang menampung banyak gedung pemerintah.
Irak telah melakukan tiga kali upaya gagal tahun ini untuk memilih kepala negara baru.
Kepresidenan juga diperebutkan dengan sengit antara dua partai utama di wilayah Kurdi Irak – Partai Demokrat Kurdistan (KDP) yang menominasikan Rashid, dan saingannya, Persatuan Patriotik Kurdistan (PUK).
Terpilihnya Rashid menimbulkan kekhawatiran tentang meningkatnya ketegangan antara KDP dan PUK, yang terlibat perang saudara pada 1990-an. (haninmazaya/arrahmah.id)