PARIS (Arrahmah.com) – Perancis akan mempertahankan pasukannya di Suriah utara untuk saat ini karena Negara Islam belum dihapus dan terus menimbulkan ancaman bagi kepentingan Perancis, kata para pejabat.
Perancis adalah anggota terkemuka koalisi pimpinan AS yang memerangi militan di Suriah dan Irak dan memiliki sekitar 1.000 pasukan termasuk pasukan khusus yang berbasis di utara negara itu, yang dikerahkan bersama pasukan Kurdi dan Arab setempat.
Para diplomat Perancis mengatakan kepada Reuters, Rabu (19/12/2018), keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menarik 2.000 tentaranya dari wilayah itu telah mengejutkan Paris. Pejabat AS membenarkan keputusan itu dengan mengatakan Negara Islam telah sepenuhnya dikalahkan.
“Ini menunjukkan bahwa kita dapat memiliki prioritas yang berbeda dan bahwa kita harus mengandalkan diri kita terlebih dahulu,” kata Menteri Eropa Nathalie Loiseau kepada televisi C-News. “Untuk saat ini, tentu saja kami tinggal di Suriah karena perang melawan Negara Islam sangat penting.”
Perancis sangat sensitif terhadap ancaman Negara Islam setelah sejumlah serangan yang selalu dikaitkan dengan ‘terorisme’ menimpanya dalam beberapa tahun terakhir.
Menteri Pertahanan Perancis, Florence Parly, mengakui di Twitter bahwa kelompok ‘militan’ telah melemah dan kehilangan sekitar 90 persen dari wilayahnya, tetapi mengatakan pertempuran belum berakhir.
“Negara Islam belum dihapus dari peta dan tidak berakar. Kantung terakhir dari organisasi teroris ini harus dikalahkan secara militer sekali dan untuk selamanya,” ungkapnya.
Presiden Emmanuel Macron berbicara dengan Trump pada Rabu (19/12), kata para diplomat. Pada bulan April, ketika Trump sebelumnya mengumumkan penarikan AS, Macron membujuk pemimpin AS agar Washington tetap terlibat dengan mengutip ancaman Iran di wilayah tersebut.
“Kami terbiasa sekarang dengan administrasi Trump. Iblis ada dalam detailnya,” kata seorang diplomat Perancis.
Perancis memiliki sekitar 1.100 tentara yang beroperasi di Irak dan Suriah yang menyediakan logistik, pelatihan dan dukungan artileri berat serta jet tempur untuk menyerang sasaran.
Keberadaannya di Suriah juga mencakup lusinan pasukan khusus, penasihat militer, dan beberapa personel kantor asing. (Althaf/arrahmah.com)