PARIS (Arrahmah.com) – Prancis mengatakan bahwa pihaknya telah melarang empat ulama Muslim untuk memasuki negara itu dalam rangka menghadiri sebuah konferensi dengan dalih bahwa mereka hanya menyerukan kebencian dan kekerasan yang merupakan ancaman bagi ketertiban umum.
Presiden Nicolas Sarkozy melarang sejumlah profil ulama untuk menghadiri konferensi bulan depan yang dilatarbelakangi oleh insiden pembunuhan oleh Mohamed Merah yang sempat mengejutkan Prancis.
Ulama asal Saudi, Ayed Bin Abdullah Al Qarni dan Abdullah Basfar, ulama asal Mesir, Safwat Al Hijazi, dan mantan mufti Yerusalem, Akrama Sabri, telah masuk dalam daftar orang-orang yang haram menginjakkan kakinya di Prancis, kata sebuah pernyataan.
“Posisi dan pernyataan yang menyerukan kebencian dan kekerasan dari orang-orang ini merusak prinsip-prinsip republik dan, dalam konteks saat ini, merupakan ancaman serius terhadap ketertiban umum,” kata pernyataan Menteri Luar Negeri, Alain Juppe, dan Menteri Dalam Negeri, Claude Gueant.
Ulama Qatar yang cukup berpengaruh, Yusuf Al Qaradhawi, dan Mahmud Al Masri dari Mesir telah memutuskan untuk tidak datang untuk konferensi, kata pernyataan itu.
Prancis juga menyatakan penyesalannya karena seorang intelektual Muslim Swiss terkenal, Tariq Ramadhan, diundang dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh Persatuan Organisasi Islam Prancis (UOIF) pada 6-9 April.
Prancis mengaku tidak bisa mencegah Ramadhan karena Swiss adalah negara anggota zona bebas visa Eropa. Ia adalah seorang pemikir muslim Eropa yang pernah menjadi penasihat bagi perdana menteri Inggris, Tony Blair.
Kakeknya mendirikan Ikhwanul Muslimin Mesir, dan ayahnya adalah seorang anggota senior diasingkan oleh mantan Presiden Mesir, Gamal Abdel Nasser.
Dia telah dilarang memasuki wilayah AS sejak tahun 2004.
Sarkozy pun mengatakan pada Senin bahwa Qaradawi (86) pun tidak diterima di Prancis, meskipun ia adalah seorang ulama liberal yang memberikan kontribusi untuk “memerangi ‘ekstremisme’ dalam pikiran Islam.”
Ulama itu dituduh membuat pernyataan anti-Semit dan homophobic dan dilarang memasuki Inggris pada 2008. Dia juga telah dilarang memasuki Amerika Serikat sejak 1999. (althaf/arrahmah.com)