KHARTOUM (Arrahmah.id) – Paramiliter Sudan melawan tentara reguler di Khartoum pada Kamis (24/8/2023) ketika mereka menargetkan pangkalan militer utama di selatan ibu kota selama empat hari berturut-turut, kata para saksi mata.
Pejuang dari Pasukan Dukunan Cepat (RSF) pimpinan Mohamed Hamdan Dagalo memulai serangan mereka di pangkalan strategis yang luas di beberapa front pada Ahad (20/8).
Penduduk Al-Shajara, lingkungan tempat pangkalan itu berada, melaporkan “kerugian besar di kedua sisi” pada hari pertama serangan ketika pertempuran terus berlanjut.
“Ini adalah pertempuran terlama yang pernah berlangsung di Al-Shajara,” kata salah satu warga.
Tentara yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah al-Burhan telah mengeluarkan beberapa pernyataan dan video yang mengatakan bahwa mereka telah berhasil menghalau serangan RSF.
Namun paramiliter mengatakan bahwa sejak Rabu pagi (23/8) RSF telah “menguasai hampir seluruh kamp, dan hanya beberapa wilayah kecil yang masih diperebutkan”.
Kedua belah pihak mengunggah video reguler secara online yang menunjukkan apa yang mereka katakan sebagai pasukan mereka di dalam pangkalan, namun tidak mungkin untuk memverifikasi secara independen kekuatan mana yang menahan perimeter tersebut.
Masing-masing pihak di masa lalu mengklaim telah merebut benteng di Khartoum, padahal mereka masih memperjuangkannya, seperti yang terjadi di markas besar militer dan istana presiden.
Perang antara jenderal-jenderal yang bersaing dan sekutu-sekutunya meletus pada tanggal 15 April, dan perkiraan konservatif dari proyek Lokasi Konflik Bersenjata & Data Peristiwa menyebutkan bahwa hampir 5.000 orang telah terbunuh sejak saat itu.
Mustahil untuk memperkirakan jumlah korban yang tepat karena kedua belah pihak menolak mengungkapkan kerugian mereka dan banyak wilayah konflik, seperti wilayah Darfur yang luas di barat, telah terputus komunikasinya dengan dunia luar.
Banyak jenazah orang yang terjebak baku tembak juga belum bisa ditemukan.
Menurut angka PBB, dalam empat bulan sejak pecahnya pertempuran, lebih dari empat juta orang harus meninggalkan rumah mereka.
Koordinator PBB untuk urusan kemanusiaan Martin Griffiths pada Selasa malam (22/8) kembali memohon agar kedua belah pihak berhenti berperang sehingga bantuan dapat disalurkan.
Dalam seruan bersama pada tanggal 15 Agustus, pimpinan 20 organisasi global telah memperingatkan bahwa “lebih dari enam juta orang Sudan berada satu langkah lagi menuju kelaparan”. (zarahamala/arrahmah.id)