KAIRO (Arrahmah.id) – Al-Azhar menyatakan berduka atas para syuhada heroik Perlawanan Palestina pada Jumat (18/10/2024), dan menolak untuk menggambarkan mereka sebagai teroris, beberapa jam setelah tentara ’Israel’ mengumumkan pada Kamis malam (17/10) pembunuhan kepala biro politik Hamas, Yahya Sinwar.
Hal ini disampaikan dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan oleh Al-Azhar di akun media sosialnya, yang menyatakan bahwa mereka berduka atas “para syuhada heroik Perlawanan Palestina yang menjadi sasaran tangan kriminal Zionis.”
Pernyataan Al-Azhar menyatakan bahwa “tangan Zionis ini telah mendatangkan malapetaka dan kerusakan di tanah Arab kita, membunuh dan menghancurkan, menduduki dan merebut serta memusnahkan di depan mata dan telinga negara-negara yang lumpuh dalam kemauan, kemampuan dan pemikiran, serta masyarakat internasional yang diam seperti keheningan para penghuni kubur, dan hukum internasional yang nilainya tidak sebanding dengan harga tinta yang digunakan untuk menulisnya.”
Al-Azhar menegaskan bahwa “para syuhada Perlawanan Palestina adalah pejuang perlawanan sejati yang meneror musuh dan menanamkan rasa takut di hati mereka. Perlawanan Palestina bukanlah teroris seperti yang coba digambarkan musuh dengan cara yang salah dan menipu. Sebaliknya, mereka adalah pejuang yang berpegang teguh pada tanah air mereka hingga Allah menganugerahkan mereka kesyahidan saat menangkis rencana dan agresi musuh, mempertahankan tanah mereka, tujuan mereka, dan tujuan kita; tujuan orang Arab dan Muslim di Timur dan Barat bumi.”
“Al-Azhar, saat berduka atas para syuhada Perlawanan Palestina, menekankan pentingnya mengungkap kebohongan dan tipu daya mesin media Zionis, dan upaya mereka untuk mendistorsi simbol-simbol perlawanan Palestina di benak pemuda dan anak-anak kita, dan menggambarkan mereka sebagai teroris, menekankan bahwa perlawanan, mempertahankan tanah air, tanah, dan tujuan, dan mati untuk itu adalah suatu kehormatan yang tiada bandingannya.”
Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu mengumumkan pada Kamis malam (17/10) bahwa Sinwar telah gugur, dan bahwa perang ‘Israel’ di Jalur Gaza belum berakhir.
Menurut Anadolu Agency, ‘Israel’ menganggap Sinwar sebagai arsitek Operasi “Banjir Al-Aqsa”, yang dilakukan oleh faksi-faksi Palestina di Jalur Gaza, termasuk Hamas dan Jihad Islam, terhadap permukiman ‘Israel’ dan pangkalan militer yang berdekatan dengan Jalur tersebut pada 7 Oktober 2023, yang menyebabkan kerugian manusia dan militer yang signifikan bagi Tel Aviv, dan berdampak negatif pada reputasi layanan keamanan dan intelijennya di tingkat internasional. (zarahamala/arrahmah.id)