GAZA (Arrahmah.id) – Ketegangan meningkat antara pemimpin politik dan militer ‘Israel’ ketika para menteri, pimpinan militer, dinas keamanan dalam negeri, dan pemimpin oposisi di Knesset saling menyalahkan atas pembebasan Dr. Muhammad Abu Salmiya, direktur Kompleks Medis Al-Shifa.
🚨Israel releases Shifa hospital's Director, Mohammed Abu Salmiya, after 7 months of kidnapping & detention.
Releasing him without any charges or trial destroys Israel's claim of al-Shifa being used as a Hamas headquarters for tunnels, weapons, hostage keeping & hiding leaders. pic.twitter.com/TspkAs4gWs
— Muhammad Shehada (@muhammadshehad2) July 1, 2024
Ben-Gvir dan Badan Keamanan Dalam Negeri Shin Bet saling menuduh atas pembebasan Dr. Muhammad Abu Salmiya setelah lebih dari tujuh bulan ditahan.
Ben-Gvir menggambarkan pembebasan itu sebagai “kelalaian keamanan”, dan menekankan bahwa perselisihan itu bukan mengenai ruang penjara tetapi keinginan Shin Bet untuk memperbaiki kondisi atau membebaskan tahanan Palestina.
“Saya tidak akan membiarkan kondisi tahanan Palestina membaik sementara kita memiliki penculik yang lapar di Gaza,” tambah menteri sayap kanan itu.
Channel 14 melaporkan bahwa kantor Netanyahu marah mengetahui pembebasan Abu Salmiya dari media, dan Menteri Pertahanan Yoav Galant juga mengetahui hal yang sama.
Kantor Netanyahu menyatakan bahwa keputusan pembebasan tersebut didasarkan pada arahan Mahkamah Agung untuk mengurangi jumlah tahanan di pusat penahanan Sde Teiman, dengan nama-nama yang dipilih oleh otoritas keamanan. Netanyahu telah memerintahkan penyelidikan atas insiden pembebasan tersebut.
Shin Bet menyebut kelebihan kapasitas penjara sebagai alasan pembebasan Abu Salmiya, suatu situasi yang telah lama diperingatkan.
Channel 12 mengutip sumber keamanan yang menunjukkan bahwa Divisi Tahanan dan Intelijen dari Dinas Penjara, di bawah Menteri Ben-Gvir, bertanggung jawab atas pembebasan tersebut.
Namun, Dinas Penjara ‘Israel’ mengklaim bahwa keputusan pembebasan itu dibuat oleh tentara dan Shin Bet dan bukan karena kelebihan kapasitas.
Mantan menteri kabinet perang Benny Gantz, yang mengundurkan diri bulan lalu, mengatakan bahwa “siapa pun yang membuat keputusan ini tidak memiliki kebijaksanaan dan harus dipecat hari ini,” demikian laporan Washington Post.
Gantz mengatakan bahwa pemerintah melakukan kesalahan operasional dan moral ketika melepaskan orang yang dia gambarkan sebagai pengasuh para pembunuh 7 Oktober, dan berkontribusi pada hilangnya sejumlah warga ‘Israel’ menjadi sandera.
Dia menambahkan bahwa pemerintahan saat ini tidak pantas untuk mengatur perang dan harus mengundurkan diri, serta menyerukan pemecatan segera terhadap mereka yang membuat keputusan untuk membebaskan Abu Salamiya.
Channel 12 Israel mengutip Menteri Diaspora Amichai Shikli yang mengatakan bahwa dia meminta klarifikasi Galant terkait pembebasan direktur Kompleks Medis Al-Shifa.
Menurut saluran ‘Israel’ tersebut, Shikli meminta penjelasan dari Gallant, dengan bertanya: Bagaimana bisa direktur rumah sakit tempat para tawanan ‘Israel’ dibunuh dan kepemimpinan Hamas bekerja di dalamnya bisa dibebaskan?”
Media ‘Israel’ mempublikasikan video pertukaran pesan antar menteri – di aplikasi WhatsApp – dan komentar mereka tentang pembebasan Abu Salmiya.
Pesan-pesan tersebut menunjukkan pertukaran tuduhan dan hasutan dari beberapa menteri terhadap pembebasan Abu Salmiya, dalam kapasitasnya sebagai direktur sebuah rumah sakit yang digunakan oleh kepemimpinan Hamas sebagai markas besar dan di mana tawanan ‘Israel’ disembunyikan dan dibunuh di dalamnya, menurut apa yang mereka katakan.
Pendudukan ‘Israel’ membebaskan direktur Kompleks Medis Shifa di Kota Gaza, Dr. Abu Salmiya, setelah hampir delapan bulan ditahan, bersama sejumlah tenaga medis yang ditangkap oleh pendudukan dari rumah sakit di Jalur Gaza.
Abu Salmiya adalah seorang dokter anak terkemuka Palestina yang menduduki jabatan direktur medis Rumah Sakit Al-Nasser pada 2007, kemudian mengambil alih manajemen Rumah Sakit Al-Rantisi pada 2015, dan kemudian menjadi direktur Rumah Sakit Al-Shifa pada 2019 hingga penangkapannya pada 23 November 2023.
Mengutip sumber informasi, Al-Jazeera melaporkan bahwa tentara ‘Israel’ membebaskan sekitar 50 tahanan yang tiba di sebelah timur daerah Al-Qarara di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan pada Senin pagi (1/7/2024). (zarahamala/arrahmah.id)