JENEWA (Arrahmah.com) – Para pemimpin dunia berjanji pada Jumat (24/4/2020) untuk mempercepat pekerjaan pada tes, obat-obatan dan vaksin terhadap COVID-19 dan untuk membagikannya di seluruh dunia, tetapi Amerika Serikat tidak mengambil bagian dalam peluncuran yang diinisiasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Kami menghadapi ancaman bersama yang hanya bisa kami kalahkan dengan pendekatan bersama,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus ketika ia membuka pertemuan virtual, seperti dilansir Reuters.
“Pengalaman telah memberi tahu kami bahwa bahkan ketika alat tersedia, mereka belum tersedia secara merata untuk semua. Kami tidak bisa membiarkan itu terjadi.”
Selama pandemi flu babi H1N1 pada tahun 2009, ada kritik bahwa distribusi vaksin tidak merata karena negara-negara kaya dapat membeli lebih banyak.
“Kita harus memastikan bahwa orang yang membutuhkannya mendapatkannya,” kata Peter Sands, kepala Global Fund untuk Memerangi AIDS, TBC dan malaria.
“Pelajaran dari AIDS harus dipelajari. Terlalu banyak jutaan orang meninggal sebelum obat-obatan anti-retroviral dapat diakses secara luas.”
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan bahwa tujuan upaya penjaminan global pada 4 Mei adalah untuk mengumpulkan 7,5 miliar Euro (8,10 miliar USD) untuk meningkatkan kerja pencegahan, diagnostik, dan perawatan.
“Ini adalah langkah pertama saja, tetapi lebih banyak hal akan dibutuhkan di masa depan,” kata von der Leyen dalam konferensi itu.
Perang bersama
Para pemimpin dari Asia, Timur Tengah dan Amerika juga bergabung dalam konferensi video, tetapi beberapa negara besar tidak berpartisipasi, termasuk Cina, India, dan Rusia.
Seorang juru bicara misi AS di Jenewa sebelumnya mengatakan kepada Reuters bahwa Amerika Serikat tidak akan terlibat.
“Meskipun Amerika Serikat tidak hadir pada pertemuan tersebut, tidak boleh ada keraguan tentang tekad kami untuk terus memimpin dalam masalah kesehatan global, termasuk krisis COVID saat ini,” klaimnya melalui email.
Uji Vaksin
Lebih dari 2,7 juta orang telah terinfeksi COVID-19 dan hampir 190.000 telah meninggal karenanya sejak coronavirus baru muncul di kota Wuhan di Cina tengah akhir tahun lalu, menurut penghitungan Reuters.
“Ketika diagnostik, perawatan, dan vaksin baru tersedia, kami memiliki tanggung jawab untuk mengeluarkannya secara adil dengan pemahaman bahwa semua kehidupan memiliki nilai yang sama,” klaim Melinda Gates, co-chair Gates Foundation, yang merupakan donor terbesar kedua WHO tahun lalu.
Lebih dari 100 potensial vaksin COVID-19 sedang dikembangkan, termasuk enam sudah dalam uji klinis, kata Dr. Seth Berkley, CEO aliansi vaksin GAVI, kemitraan publik-swasta yang memimpin kampanye imunisasi di negara-negara miskin.
“Kita perlu memastikan bahwa ada cukup vaksin untuk semua orang, kita akan membutuhkan kepemimpinan global untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan kandidat vaksin,” katanya dalam jumpa pers di Jenewa.
Yuan Qiong, penasihat hukum dan kebijakan senior di Kampanye Akses Medecins Sans Frontieres (MSF) menyambut janji tersebut tetapi menyerukan langkah konkret. “Seharusnya tidak ada monopoli paten dan mengambil keuntungan dari pandemi ini,” katanya kepada Reuters. (haninmazaya/arrahmah.com)