SURIAH (Arrahmah.com) – Menurut para aktivis dan para pejuang Suriah, ada gelombang besar pembelotan dari jajaran pejabat rezim Bashar Assad dan pasukannya. Selain itu, kemarin, beberapa petinggi Suriah telah tewas dalam operasi Syahid Mujahidin di gedung Keamanan Nasional Suriah. Pergolakan yang kian sengit, terus terjadinya pembelotan dan serangan terhadap para petinggi dan pasukan loyalis Assad, telah membuat keluarga Assad -yang menjadi penguasa negara itu selama empat dekade terakhir- berjuang untuk menyelamatkan dirinya sendiri, untuk pertama kalinya.
Orang-orang terdekat Assad banyak yang membelot disebabkan Assad dirasa sudah tidak mampu lagi memberikan keamanan terhadap mereka.
“Bahkan, mereka yang mencintainya (Assad) merasa dia tidak lagi menyediakan keamanan,” kata Ayman Abdel Nur, seorang penasehat Assad hingga 2007 dan sekarang menjadi salah satu tokoh oposisi Suriah, kepada Reuters, dilansir Onislam.
“Mereka berpikir dia tidak berguna dan hidup di sebuah kepompong,” tambahnya.
Assad, yang mewarisi tahta dari ayahnya Hafez al-Assad, dikelilingi oleh anggota keluarga yang kokoh dan para kerabat yang semarga dengan keluarganya serta keamanan yang dikelola oleh minoritas penganut Alawiyah untuk melindungi dan melayani kekuasaan Assad.
“Dia (Assad) menganggap dirinya adalah utusan Allah untuk memerintah Suriah,” ujar Abdel Nur.
“Dia mendengarkan para pejilat di sekitarnya yang mengatakan kepadanya bahwa ‘anda adalah karunia dari Allah’. Dia yakin bahwa dia benar dan siapa saja yang menentangnya berarti adalah pengkhianat.”
Ada juga, pengikut Syi’ah Nushairiyah yang sangat ekstrim cintanya terhadap Assad, hingga menganggap Assad sebagai Tuhan.
Kemarin, Assad dan para pendukungnya berduka cita atas kematian para petinggi pemerintahnya yang selama ini sangat setia terhadap Assad. Hal itu bisa jadi merupakan pukulan berat bagi Assad dan bukti lemahnya keamanan rezim Assad, ditambah lagi banyak dari teman dekatnya dan para penasehatnya telah meninggalkan dia.
Abdel Nur mengatakan, “banyak dari teman dekatnya dan para penasehatnya telah meninggalkannya atau menjauhkan diri darinya.”
Menurut laporan, Assad harus terlibat dalam rincian keputusan harian dalam mengelola urusan di negaranya, seperti mengatur pengerahan tentara, dan memobilisasi milisi Shabiha, yang diduga melakukan serangkaian pembantaian di beberapa wilayah di Suriah.
“Bashar tetap berada di pusat. Dia terlibat dalam seluk-beluk sehari-hari dalam mengelola krisis ini,” kata seorang politisi Libanon yang dekat dengan penguasa Suriah itu, kepada Reuters.
“Dia mengatur unit elit yang dipimpin olehnya untuk mengelola kegentingan sehari-hari.”
Unit ini, diatur oleh kepala intelijen Hisham Bakhtiar yang bertanggungjawab atas koordinasi keamanan, menhan Dawud Rajha, wakil menhan Asif Syawkat, yang semuanya telah menjadi korban dalam serangan bom kemarin.
Disamping mereka ada Ali Mamlouk selaku penasehat khusus keamanan, Abdul Fattah Qudsiyeh selaku kepala intelijen militer, dan Muhammad Nassid Khayrbek selaku veteran di era ayah Assad, serta Maher al-Assad, adik Assad yang merupakan pria kedua yang berada di tahta rezim Nushairiyah, selaku komandan pasukan utama loyalis Assad.
Tetapi Abdel Nur selaku mantan penasehat Assad, menekankan bahwa tidak ada otonomi tentang cara unit-unit pemerintah beroperasi, baik dalam hal pengemboman terhadap lingkungan oposisi oleh pasukan bersenjata pimpinan Maher maupun pembantaian warga-warga desa oleh milisi Shabiha. Menurut Abdel semua unit ini dibawah komando Assad dan banyak yang memiliki ikatan keluarga.
Setiap wilayah memiliki pemimpin Shabiha sendiri dan banyak di pusat-pusat kota yang dipimpin oleh orang Shabiha yang memiliki hubungan dengan Assad.
“Assad adalah orang depan untuk sebuah keamanan besar yang terdiri dari 300.000 tentara reguler. Dia memiliki kelompok kecil yang memasoknya informasi,” kata Patrick Seale, seorang penulis Biografi ayah Assad. (siraaj/arrahmah.com)