Khaled Farah adalah seorang relawan penyelamat Suriah yang menyelamatkan orang setiap harinya. Bagaimanapun, ada satu momen penyelamatan yang tak akan pernah dia lupakan.
Dalam sebuah video yang diunggah di Youtube pada Rabu (27/8/2014), Khalid memaparkan pengalaman berharganya itu. Dia mengatakan bahwa suatu hari, wilayah Ansari menjadi sasaran bom-bom barel rezim Nushairiyah.
“Kami berhasil menarik keluar dua keluarga [dari bawah reruntuhan bangunan]. Keluarga terakhir adalah seorang ibu dengan bayinya. Ibu itu menangis putus asa, karena ia mencemaskan keadaan bayinya,” tuturnya dalam video berdurasi 2 menit 10 detik ini.
“Setelah berjam-jam menggali, kami mendengar dia menangis,” lanjutnya.
Dia menjelaskan bahwa bayi malang itu terjebak di dalam tempat yang sangat sulit untuk dicapai.
“Pada titik ini, kami harus berhati-hati, karena bayi itu baru berumur dua minggu, dan jika ada puing-puing jatuh menimpa dirinya, dia mungkin akan mati,” ungkap Khalid.
Dia mengakui bahwa itu merupakan dua belas jam penyelamata yang sangat sulit.
Dia berkata, “Ini adalah kehidupan. Orang harus ekstra hati-hati dengan kehidupan. Dapatkah Anda bayangkan bagaimana bayi berusia dua minggu ini bertahan setelah rumahnya terkena bom barel dan tiga lantai runtuh di atas kepalanya?”
“Bayi ini lebih kuat dibandingkan bom-bom barel, lebih kuat dari langit-langit [rumah yang] runtuh, lebih kuat dari segala sesuatu.”
Saat seorang pewawancara bertanya apakah dia sudah mengunjungi bayi itu setelah kejadian tersebut, Khalid menjawab,” Kami tidak punya waktu.”
“Penembakan tidak berhenti, tutupnya sambil tersenyum, menunjukkan bahwa dia begitu terbiasa bertaruh nyawa di tengah penembakan brutal pasukan rezim.
Setiap hari Khalid dan tim relawannya melakukan pekerjaan yang paling berbahaya di dunia. Tak bersenjata dan netral, mereka berada di sisi kehidupan.
Bagikanlah ceritanya. Sebarkanlah harapan.
(banan/arrahmah.com)