NEW YORK (Arrahmah.com) – Para nenek Amerika berkumpul di kota New York untuk menentang penggunaan drone dalam perang yang dilancarkan Amerika Serikat (AS). Mereka bernyanyi, membaca puisi, dan meneriakkan slogan “Drone fly, children die” (Drone terbang, anak-anak meninggal).
Lebih dari 50 demonstran, para perempuan lanjut usia, dari kelompok yang menyebut diri mereka Grandmothers Against the War berkumpul di kota New York pada Rabu (3/4/2013) untuk memprotes pemerintah AS atas penggunaan pesawat tanpa awak (UAV) atau yang lebih dikenal dengan nama drone, Radio Free Europe Radio Liberty (RFE/RL) melaporkan pada Kamis (4/4).
Selama perang Irak, kelompok yang sama juga rutin menggelar protes di tempat yang sama di New York setiap Rabu selama sembilan tahun.
Para demonstran mengatakan bahwa aksi mereka akan menjadi bulan unjuk rasa yang disebut “April Days of Action,” yang diorganisir oleh kelompok Know Drones yang berbasis di New York. Ada rencana demonstrasi yang akan digelar di seluruh AS di pbarik manufaktur drone dan universitas yang meneliti teknologi drone, kata RFE/RL.
Joan Wile (81), pendiri Grandmothers Against the War, yang telah pensiun dari aktivitas demonstrasinya tahun lalu, mengatakan kepada RFE/RL bahwa ia terpanggil kembali terlibat aksi ini dan mengorganisir aksi pada 3 April karena melihat dampak horror dari serangan-serangan drone yang telah terjadi di negara-negara seperti Afghanistan dan Pakistan. Wile, mewakili demonstran lainnya, mengatakan serangan tersebut adalah sangat tidak bermoral.
“Saya hanya menemukan seluruh hal itu begitu tidak bermoral,” katanya. “Di negara ini, anda dianggap tidak bersalah hingga anda ditemukan bersalah. Dan di sini kita bertindak sebagai hakim, sebagai juri, dan algojo, tanpa proses pengadilan.”
AS menggunakan drone untuk menargetkan apa yang mereka sebut “teroris” di negara-negara kaum Muslimin seperti Afghanistan, Pakistan, Yaman, Somalia dan lainnya. Program drone ini telah menarik kritik tajam dari berbagai spektrum politik di AS dan masyarakat AS pada umumnya.
Pemerintahan teroris George W. Bush sebelumya menggunakan drone untuk menargetkan apa yang dia katakan sebagai “teroris”, kemudian frekuensi serangan drone meningkat di bawah kepemimpinan penggantinya, Barack Obama, dengan dalih yang sama, yaitu memerangi “terorisme.”
Sejauh ini, korban terbanyak dari serangan pengecut ini adalah warga sipil tak bersalah, bahkan anak-anak dan wanita, meskipun media-media AS sering mengklaim bahwa serangan-serangan drone menargetkan “militan.”
(siraaj/arrahmah.com)