RIYADH (Arrahmah.id) – Sekelompok pemimpin senior Arab menyerukan gencatan senjata segera dan total di Gaza setelah pertemuan di Arab Saudi pada Kamis (8/2/2024), dengan “Israel” dan Hamas masih berselisih mengenai ususaln gencatan senjata.
Para menteri luar negeri dari Qatar, UEA, Mesir, Yordania, dan anggota senior Organisasi Pembebasan Palestina bertemu dengan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan bin Abdullah di Riyadh untuk membahas perkembangan terkini dalam perang “Israel”-Gaza yang telah berlangsung selama empat bulan.
“Dalam pertemuan mereka, para menteri menekankan perlunya mengakhiri perang di Jalur Gaza, mencapai gencatan senjata segera dan menyeluruh, menjamin perlindungan warga sipil sesuai dengan hukum kemanusiaan internasional, dan mencabut semua pembatasan yang menghambat masuknya bantuan kemanusiaan ke wilayah daerah kantong tersebut,” lapor Saudi Press Agency (SPA) yang dikelola pemerintah.
Para menteri menyerukan perlindungan warga sipil di Gaza dan menghilangkan semua hambatan yang mencegah aliran penuh bantuan ke wilayah tersebut yang telah mengalami kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya dan badan-badan bantuan internasional menyatakan keadaan darurat kemanusiaan.
Sebanyak 27.947 warga Palestina telah syahid dan 67.000 lainnya terluka akibat serangan “Israel”, menurut angka terbaru dari kementerian kesehatan di Gaza.
Mereka juga mendesak semua donor untuk tetap memberikan dukungan kepada Palestina melalui Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNWRA) di tengah penangguhan pendanaan dari AS, Inggris, Jerman dan lainnya.
Para diplomat juga memperbarui seruan untuk pembentukan negara Palestina dalam perbatasan 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Jalur Gaza adalah “bagian integral dari wilayah Palestina yang diduduki”, tambah SPA.
Komentar tersebut menyusul teguran keras Riyadh pekan ini atas saran dari juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby bahwa proses normalisasi Saudi-“Israel” “sedang berlangsung”.
“Kerajaan telah mengomunikasikan sikap tegasnya kepada pemerintah AS bahwa tidak akan ada hubungan diplomatik dengan “Israel” kecuali negara Palestina merdeka diakui berdasarkan perbatasan 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya,” kata Kementerian Luar Negeri Saudi dalam sebuah pernyataan pada Rabu (7/2).
Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken berada di Arab Saudi pada 5 Februari dan bertemu dengan penguasa de-facto Putra Mahkota Mohamed bin Salman, sebagai bagian dari turnya di wilayah tersebut untuk menggalang dukungan bagi kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan “Israel”.
Sementara itu, perundingan gencatan senjata pada Kamis (8/2) di Kairo antara pejabat Hamas, Mesir dan Qatar berlangsung sekitar empat jam, kata seorang sumber Mesir kepada Al-Araby Al-Jadeed. (zarahamala/arrahmah.id)