CILACAP (Arrahmah.com) – Pasca ketegangan yang terjadi antara pihak keamanan dengan penghuni LP Batu Nusakambangan Senin (30/12/2013) lalu, sampai saat ini pihak LP masih menutup kunjungan bagi keluarga. Terputusnya kabar membuat resah pihak keluarga yang tidak dapat memastikan kondisi anggota keluarga mereka. Apalagi beredar kabar semua pakaian napi dibakar. Sementara, kiriman pakaian dari keluarga hingga saat ini belum bisa masuk ke LP.
Untuk memastikan kabar, Abdullah, mantan penghuni LP Batu asal Semarang pada Selasa (7/01/2014) menemui Kalapas Batu, Liberty Sitinjak. Mantan terpindana kasus terorisme yang juga pernah mendekam di LP tersebut sekaligus ingin menanyakan sebab tidak diperbolehkannya kiriman pakaian dari pihak keluarga. “Kita akan cek. Kabarnya mereka tidak bisa shalat karena hanya diperbolehkan mengenakan pakaian dalam,” ujarnya kepada kiblat.net sesaat sebelum menyebrang ke Nusakambangan.
Berikut ini klarifikasi dari Abdullah yang disampaikan kepada kiblat.net, sesaat setelah kembali dari Nusakambangan:
“Senin sore kami mendapat kabar bahwa keluarga tidak berhasil mengirimkan pakaian masuk ke LP Batu. Malamnya, kami segera merapat ke Cilacap, dengan maksud menemui Kalapas. Maksud kami menemui Kalapas untuk mengklarifikasi beberapa hal, yaitu:
- Meminta penjelasan mengapa para istri tidak diijinkan mengirimkan pakaian untuk suaminya.
- Memastikan kondisi ikhwan-ikhwan di Lapas Batu.
- Klarifikasi tentang berita bahwa napi Muslim di luar kasus terorisme tidak bisa melaksanakan shalat karena hanya diperbolehkan memakai celana dalam saja.
Sampai di LP Batu, kami tidak berhasil menemui Kalapas. Dengan alasan yang tidak jelas, Kalapas mewakilkan Kabinadik (Kepala Bidang Pembinaan dan Pendidikan) Bp. Tulus didampingi staf senior Binadik, Bp. Edi Warsono dan beberapa petugas lain, untuk menemui kami. Berikut poin-poin penjelasan mereka:
- Untuk sementara para ikhwah di LP Batu tidak bisa dikunjungi karena sedang dilakukan proses pengendapan/netralisasi pasca kerusuhan. Larangan ini juga berlaku bagi napi kasus lain.
- Barang-barang, baik pakaian dan makanan juga tidak diperbolehkan masuk ke Lapas untuk menghindari kesenjangan sosial antara napi kasus teroris dan napi kasus lain. Satu tidak diperbolehkan, maka semua juga tidak diijinkan. Tidak ada perlakukan istimewa antara satu kelompok dibanding lainnya.
- Kabar bahwa napi Muslim tidak bisa melaksanakan shalat karena ditelanjangi adalah tidak benar. Penelanjangan terjadi pada hari terjadi kerusuhan karena protap Lapas menyikapi kerusuhan dengan tujuan sterilisasi dan tindakan preventif. Hari berikutnya sudah diberikan pakaian jatah Lapas yang bertuliskan WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan, sehingga mereka tetap bisa melaksanakan shalat.
- Kondisi para ikhwah semuanya dalam keadaan baik dan sehat.
Setelah mendengarkan penjelasan tersebut, kami meminta dipertemukan dengan salah satu ikhwah untuk kroscek kebenaran penjelasan dari para petugas di atas. Namun mereka tidak berani mempertemukan karena masih dalam masa larangan kunjungan. Akhirnya kami meminta agar salah seorang ikhwah menulis di secarik kertas tentang kondisi mereka. Permintaan itu dikabulkan, dan yang memberikan kabar dari dalam adalah Pak Abas (napi kasus Atrium). Berikut surat dari Pak Abas.
Penjelasan tertulis Pak Abas
Bismillahirrohmaanirrohiim
Assalamu’alaykum warahmatullohi wabarakaatuh
- Semua ikhwan dalam keadaan baik dan sehat, Alhamdulillah.
- Makanan dan minuman tercukupi.
- Alat mandi dan kebersihan sangat kekurangan (termasuk handuk).
- Pakaian (shalat terutama) lebih sangat kekurangan. Sudah hampir seminggu dipakai belum ganti (termasuk pakaian dalam).
- Listrik dan air PAM cukup memadai.
- Untuk masalah ibadah sehari-hari & ritual, Alhamdulillah lancar
Demikian kondisi yang dapat kami sampaikan, semoga ada kelanjutan baiknya dari pihak pihak yang berkepentingan.
Wassalam,
Lapas Batu, 07 Januari 2014
Pak Abbas.”
(kiblat.net/arrahmah.com)