MANAMA (Arrahmah.com) – Seorang anggota kelompok HAM Bahrain mengatakan aktivis politik yang dipenjara oleh rezim Manama mengalami penyiksaan selama berada di dalam penjara.
Dalam wawancara dengan Press TV, Maryam al-Khawaja, dari kelompok HAM menyeru otoritas Bahrain untuk menghentikan kekerasan terhadap pendemo anti-pemerintah dan tokoh oposisi, Jumat (15/4/2011).
“Hanya berjarak kurang dari 10 hari, kami menyaksikan empat orang dilaporkan tewas oleh Menteri Dalam Negeri dan salah satu di antara mereka dikatakan tewas karena penyakit anemia, kedua karena masalah di dalam penjara, ketiga karena komplikasi dan keempat karena gagal ginjal,” ujar al-Khawaja.
“Tapi kemudian kami melihat secara langsung ketika jenazah diserahkan ke keluarga mereka, bukan hanya tanda penyiksaan pada mereka, seluruh tubuh terdapat memar dan bahkan bekas cambukan, sehinggal kami percaya bahwa mungkin mereka telah meninggal karena penyiksaan bukan karena alasan yang diumumkan pemerintah,” lanjutnya.
Adik Al-Khawaja, Zeinab, melakukan mogok makan untuk memprotes penahanan kerabatnya dalam kekerasan brutal negara terhadap pendemo anti-pemerintah.
“Adikku mulai melakukan mogok makan, dan ini adalah hari keempat setelah ayah saya dipukuli dan tidak sadarkan diri dan ditahan bersama dua kaka ipar saya, paman saya ditangkap sekitar tiga minggu lalu dan sejak saat itu kami tidak tahu di mana lokasi mereka berada.”
“Mereka tidak memiliki akses untuk bertemu dengan pengacara atau bertemu dengan keluarga sehingga adik saya melancarkan aksi mogok makan dalam upaya menarik perhatian pada kasus ini dan juga menekan pemerintah, pemerintah AS….Dia menulis surat kepada presiden AS, Barack Obama untuk mengambil sikap terhadap apa yang terjadi,” ujar para aktivis HAM.
Sejak awal protes anti-pemerintah di Bahrain, Bahrain mulai dilanda krisis, sejumlah pengunjuk rasa tewas dan banyak lainnya menghilang. Jenazah mereka sering ditemukan beberapa hari kemudian.
Mennurut oposisi, lebih dari 800 aktivis telah ditangkap. Para demonstran menuntut berakhirnya kekuasaan dari dinasti al-Khalifa.
Pasukan keamanan Bahrain mendapat bantuan tentara Saudi dan Uni Emirat Arab dalam menindak pendemo. (haninmazaya/arrahmah.com)