(Arrahmah.id) – “Israel” menggerebek RS Al-Shifa di Kota Gaza saat fajar pada Rabu, 15 November setelah mengepung rumah sakit tersebut selama berhari-hari dan melancarkan serangan besar-besaran di daerah tersebut. Pasukan dilaporkan telah ditarik dari gedung rumah sakit dan dikerahkan kembali ke gerbang Al-Shifa pada Rabu malam.
Rabu tengah malam, Adnan al-Bursh, kepala departemen ortopedi di rumah sakit Al-Shifa, mengatakan kepada Al Jazeera Arab bahwa buldoser “Israel” mulai meratakan area di sekitar gerbang selatan kompleks medis tersebut.
Benjamin Netanyahu, perdana menteri “Israel”, memuji penaklukan militernya atas rumah sakit terbesar di Gaza tersebut, dengan mengatakan bahwa “tidak ada tempat di Gaza yang tidak dapat kami jangkau. Tidak ada tempat persembunyian. Tidak ada tempat berlindung bagi teroris Hamas.”
Namun propaganda “Israel” yang diterbitkan setelah serangan tersebut menunjukkan bahwa tuduhan Netanyahu dan militer bahwa Hamas menggunakan Al-Shifa untuk melindungi pusat komandonya adalah kebohongan yang mematikan.
Militer “Israel” menerbitkan video “one-shot” berdurasi lebih dari tujuh menit yang konon menunjukkan penemuan “senjata Hamas” yang ditemukan di pusat MRI rumah sakit. Rekaman militer menunjukkan bagian-bagian senapan yang dibungkus kain di dalam lemari kecil dan juru bicaranya sambil menggendong ransel, menunjuk ke arah laptop kecil yang tengah menyala dan mengambil setumpuk CD.
Namun, video aslinya segera dihapus dan militer akhirnya menerbitkan versi video yang berdurasi sekitar 20 detik lebih pendek dari versi pertama dan mengaburkan gambar di laptop yang menampilkan seorang tentara IDF yang jelas-jelas menunjukkan bahwa laptop tersebut adalah milik mereka alih-alih Hamas.
https://twitter.com/harooncx7/status/1724935740034076799?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1724935740034076799%7Ctwgr%5E49466d90470465f2928ecca091ffdbcd5cf7f3ed%7Ctwcon%5Es1_&ref_url=https%3A%2F%2Felectronicintifada.net%2Fblogs%2Fmaureen-clare-murphy%2Fisrael-fails-show-evidence-hamas-command-center-al-shifa-hospital
Watch as LTC (res.) Jonathan Conricus exposes the countless Hamas weapons IDF troops have uncovered in the Shifa Hospital's MRI building: pic.twitter.com/5qssP8z1XQ
— Israel Defense Forces (@IDF) November 15, 2023
IOF reuploaded the video, without the initial “no cuts, no edit, undeniable truth” sentence.
It’s because in the new video they blurred the laptop at the end, which possibly gave-away that it was an israeli laptop — it shows an IDF officer on screen… https://t.co/BsxpKPbBXW pic.twitter.com/LNDit3qCdX
— Arya – آریا 🇮🇷 (@AryJeay) November 15, 2023
Rekaman militer juga menunjukkan “tas” yang diklaim milik pejuang Hamas yang berisi senjata di belakang mesin MRI dan juga rompi antipeluru yang memuat lambang Hamas dan Jihad Islam.
Khumus had some dates, brand new Qurans and books titled "tanks" and "rush towards jihad" and "the battlefield", pristine vests and guns. All in the MAGNETIC RESONANCE IMAGING room. At least now we know what was in the clownish font English labeled boxes brought w/ the invaders. pic.twitter.com/vch4JswDwv
— Dalia (@TheBlahDalia) November 15, 2023
Propaganda “Israel”
Bulan lalu, “Israel” menerbitkan animasi yang katanya “berbasis intelijen” yang menggambarkan kompleks bawah tanah yang luas yang mereka klaim berada di bawah rumah sakit.
The Shifa Hospital is not only the largest hospital in Gaza but it also acts as the main headquarters for Hamas’ terrorist activity.
Terrorism does not belong in a hospital and the IDF will operate to uncover any terrorist infrastructure. pic.twitter.com/Ybpln5xQb2
— Israel Defense Forces (@IDF) October 27, 2023
“Israel” telah melontarkan tuduhan semacam itu terhadap Al-Shifa setidaknya sejak 2009.
Mondoweiss menerbitkan klip video “one-shot” yang dirilis oleh militer “Israel” yang menunjukkan bahwa video tersebut sebenarnya telah diedit.
We took a close look at this "one-shot video" the @IDF released from the Al-Shifa Hospital in Gaza and shared in the tweet linked below.
Despite stating that this video contains no edits, there is a clear edit at the 6:26 mark.
We have isolated the edit here.#AlShifaHospital https://t.co/49crm5OBjE pic.twitter.com/cQPzVQnSjN
— Mondoweiss (@Mondoweiss) November 15, 2023
Militer “Israel” juga merilis foto-foto seorang tentara di Al-Shifa berdiri di samping tumpukan kardus yang ditempeli lembaran kertas besar bertuliskan “persediaan medis” dan “makanan bayi” dalam bahasa Inggris – sebuah upaya menjadikan serangan keji sebagai operasi kemanusiaan.
The IDF’s precise and targeted operation against Hamas in the Shifa Hospital is still ongoing.
We can now confirm that incubators, baby food and medical supplies, provided by the IDF, have successfully reached the hospital.
Our medical team and Arabic speaking soldiers are on… pic.twitter.com/9iMx41OaHV
— Israel Defense Forces (@IDF) November 15, 2023
Salah satu kotak yang ditampilkan dalam “one-shot video” di sebelah tas senjata yang diklaim militer “Israel” sebagai milik Hamas yang ditemukan di Al-Shifa, justru menunjukkan bahwa apa yang diklaim sebagai “bukti” adalah barang yang sengaja ditempatkan di lokasi tersebut. Kotak tersebut adalah kotak yang sama dengan kotak yang diklaim militer “Israel” sebagai bantuan medis yang mereka bawa dari luar.
Dans la matinée, IDF ont fait rentrer des cartons prétendant être de l'aide à Shifa. Les médecins avaient déclaré qu'ils n'avaient reçu aucune aide.
Ce soir, ces mêmes cartons refont surface, transformés comme par magie en "preuves" d'armes 🤡 au sein de l'hôpital Al-Shifa 🇵🇸 https://t.co/cjrmQzNVwy pic.twitter.com/9Xx4CscvfR
— PostOffice 🔻 (@madmediax) November 15, 2023
Para propagandis militer “Israel” juga membuat sebuah video yang konon memperlihatkan inkubator yang mereka tawarkan untuk dipindahkan ke bangsal anak-anak Al-Shifa, dan sebuah foto seorang tentara yang memuat inkubator ke dalam sebuah mobil.
We are doing everything we can to minimize harm to civilians, assist in evacuation, and facilitate the transfer of medical supplies and food.
Our war is not with the people of Gaza. pic.twitter.com/YQZVcUmwx4
— Israel Defense Forces (@IDF) November 14, 2023
Beberapa pasien neonatus di Al-Shifa telah meninggal dalam beberapa hari terakhir. Bayi-bayi tersebut meninggal bukan karena kurangnya inkubator, namun karena mereka kekurangan oksigen setelah “Israel” memutus pasokan listrik ke Gaza lebih dari sebulan lalu. Rumah sakit telah kehabisan bahan bakar untuk menjalankan generator darurat karena larangan “Israel” atas pengiriman bahan bakar ke wilayah tersebut.
Dozens of premature babies at Gaza’s al-Shifa Hospital have been moved into an area that still has electricity as doctors try everything they can to keep the babies alive with basic medical care ⤵️ pic.twitter.com/semacyCmVZ
— Al Jazeera English (@AJEnglish) November 14, 2023
Pakar hukum internasional dan kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa pengepungan total “Israel” di Gaza, termasuk larangan penggunaan bahan bakar listrik, adalah kejahatan perang.
Serangan “Israel” meneror staf medis dan pasien
Adnan al-Bursh, kepala departemen ortopedi di al-Shifa, mengatakan kepada Al Jazeera pada Rabu bahwa pasukan “Israel” telah mengepung rumah sakit dan menargetkan siapa saja yang bergerak. Dia mengatakan, staf tidak dapat berkomunikasi antar departemen.
Direktur rumah sakit mengatakan kepada stasiun televisi Qatar bahwa saluran pasokan air rumah sakit telah meledak, dan mengatakan bahwa “kami tidak memiliki setetes air pun” untuk ratusan orang yang terluka dan ribuan pengungsi yang berada di fasilitas tersebut.
Sehari sebelumnya, Ashraf al-Qedra, juru bicara kementerian kesehatan Palestina di Gaza, mengatakan bahwa puluhan orang dimakamkan di halaman rumah sakit al-Shifa dan masih banyak lagi jenazah yang membusuk yang masih perlu dikuburkan, namun situasi sangat berbahaya karena kehadiran militer “Israel”.
Ia mengatakan ada 40 pasien, termasuk tiga anak-anak, meninggal karena kurangnya pasokan medis di Al-Shifa.
Saksi di Al-Shifa sebagaimana yang dilansir Reuters mengatakan bahwa selama serangan militer “Israel”, pasukan telah menggeledah kamar dan ruang bawah tanah.
Sumber di Al-Shifa mengatakan kepada Al Jazeera bahwa tentara “Israel” memerintahkan para pemuda untuk menyerah. Ada sekitar 30 orang dilaporkan dibawa ke halaman, ditelanjangi, ditutup matanya dan diinterogasi oleh tentara “Israel”.
Pasukan “Israel” juga meledakkan gudang obat-obatan dan peralatan medis, kata sumber tersebut.
Ahmed El Mokhallalati, seorang ahli bedah di al-Shifa, menggambarkan situasi yang mengerikan bagi ratusan pasien, anggota keluarga mereka, staf medis dan ribuan pengungsi yang berlindung di rumah sakit ketika suara tembakan keras dan ledakan terdengar di seluruh kompleks.
“Kami tidak tahu apa yang akan mereka lakukan terhadap kami,” kata El Mokhallalati. “Kami tidak tahu apakah mereka akan membunuh orang atau meneror mereka. Kami tahu semua propaganda itu bohong, dan mereka juga tahu sebagaimana kami bahwa tidak ada apa pun di pusat medis Al-Shifa.”
Pejabat kesehatan Palestina di Gaza dan Hamas dengan keras membantah tuduhan bahwa pejuang Palestina menggunakan rumah sakit sebagai pusat komando, dan Hamas mendesak Sekretaris Jenderal PBB untuk membentuk delegasi internasional untuk menegur klaim “Israel”.
Juru bicara AS menirukan tuduhan “Israel”
Beberapa jam sebelum pasukan “Israel” menyerbu al-Shifa, juru bicara Gedung Putih John Kirby mengklaim bahwa AS memiliki informasi bahwa Hamas dan Jihad Islam menggunakan beberapa rumah sakit di Jalur Gaza, termasuk Al-Shifa, dan terowongan di bawahnya untuk menyembunyikan dan mendukung operasi militer mereka dan melakukan penyanderaan.
Dia menuduh para pejuang “mengoperasikan pusat komando dan kontrol dari Al-Shifa di Kota Gaza. Mereka telah menyimpan senjata di sana, dan mereka siap untuk menanggapi operasi militer Israel terhadap fasilitas tersebut.”
Kirby mengatakan kepada wartawan bahwa informasi AS berasal dari berbagai sumber intelijen namun tidak memberikan bukti spesifik.
Klaim tersebut diulangi oleh juru bicara Pentagon pada Selasa, yang bahkan menegaskan bahwa Hamas dan Jihad Islam “memiliki senjata yang disimpan di sana dan siap untuk menanggapi operasi militer “Israel” terhadap fasilitas tersebut.”
Jesus. Instead of trying to halt the relentlessly Israeli attacks on hospitals, like Al Shifa, a Pentagon spokesperson is doubling down on Hamas using hospitals as bases. This enables Israel bombing hospitals and killing patients and doctors and nurses.pic.twitter.com/mfG4R07rgL
— Read Let This Radicalize You (@JoshuaPHilll) November 14, 2023
Namun belum ada laporan yang dikonfirmasi mengenai perlawanan bersenjata dari dalam Al-Shifa ataupun klaim bahwa “Israel” telah bertemu, menangkap atau membunuh pejuang mana pun saat menyerbu fasilitas tersebut, militer “Israel” hanya mengatakan bahwa setidaknya lima pejuang gugur oleh pasukan saat terjadi penembakan dan pertempuran di luar rumah sakit.
Kirby juga mengatakan bahwa pemerintahan Biden “tidak mendukung penyerangan terhadap rumah sakit dari udara, dan kami tidak ingin melihat baku tembak di rumah sakit di mana orang-orang yang tidak bersalah, orang-orang yang tidak berdaya, orang-orang yang sakit hanya berusaha untuk mendapatkan perawatan medis yang layak mereka dapatkan.”
Pada Rabu, Kirby membantah tuduhan bahwa pemerintahan Biden mengizinkan penggerebekan terhadap Al-Shifa.
Martin Griffiths, kepala kemanusiaan PBB, mengatakan bahwa dia “terkejut atas laporan serangan militer” di Al-Shifa, dan menambahkan bahwa “perlindungan terhadap bayi baru lahir, pasien, staf medis dan semua warga sipil harus menjadi priotitas utama.”
Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur Organisasi Kesehatan Dunia, mengatakan bahwa laporan “serangan militer ke rumah sakit Al-Shifa sama sekali tidak bisa diterima.” Dia menambahkan bahwa lembaga tersebut tidak dapat menghubungi petugas kesehatan di rumah sakit dan “kami sangat mengkhawatirkan keselamatan mereka dan pasien mereka.”
Pada Selasa, Human Rights Watch mengatakan bahwa serangan berulang-ulang yang dilakukan “Israel” terhadap fasilitas medis, pekerja kesehatan dan ambulans “semakin menghancurkan sistem layanan kesehatan di Jalur Gaza dan harus diselidiki sebagai kejahatan perang.”
Kelompok tersebut mengatakan bahwa “tidak ada bukti yang diajukan yang dapat membenarkan pencabutan status perlindungan rumah sakit dan ambulans berdasarkan hukum kemanusiaan internasional.” (zarahamala/arrahmah.id)