JAKARTA (Arrahmah.com) – Setelah sebelumnya mengeluarkan statemen yang mengajak seluruh komponen bangsa memberantas atribut Partai Komunis Indonesia (PKI), kini Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyebut ancaman paham neoliberalisme pada pancasila bisa melebihi ancaman komunisme melalui bangkitnya PKI. Pasalnya PKI telah diantisipasi lewat TAP MPRS Nomor 25 Tahun 1966 (sebelumnya ditulis tahun 1996) yang melarang berkembangnya ideologi tersebut.
“Saya ingatkan kebangkitan PKI bukan hanya dilihat di permukaan, tapi di bawah permukaan. PKI berbahaya, tapi yang lebih berbahaya neoliberalisme,” kata Gatot selepas acara simposium nasional Anti PKI bertajuk Mengamankan Pancasila dar Ancaman Kebangkitan PKI dan Ideologi Lain di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (2/6/2016), lansir Antara.
Gatot mencontohkan neoliberalisme yang mulai menyebar secara luas di Benua Eropa seperti Belanda, Denmark dan Prancis yang menyebabkan gereja-gereja mulai kosong namun bukan karena pindah agama, sebagai akibatnya rumah ibadah tersebut banyak yang dijual karena tidak ada jemaatnya.
“Dengan adanya proses ini, lama-lama orang jadi ateis akibatnya makin terbukalah dengan ideologi lainnya, masuk ke Indonesia yang bisa berbahaya seperti individualisme anarkisme bahkan komunis. Maka dari itu kita harus waspada,” ujar Gatot.
Hal ini menurutnya, terjadi juga di Indonesia dengan menjamurnya tempat belanja modern yang menggantikan pasar tradisional karena sesungguhnya itu merupakan tempat merekatkan persaudaraan masyarakat Indonesia yang dilandasi dengan jiwa gotong royong.
“Pancasila kalau diperas jadi gotong royong. Gotong royong akan dihilangkan dengan menghilangkan publik area. Maka Presiden katakan hidupkan kembali pasar tradisional,” kata Gatot.
Lebih lanjut, Gatot menuturkan untuk menangani isu kebangkitan PKI, tidak harus selalu dilihat secara fisik, misalnya dengan menghakimi tanpa proses hukum pihak yang dianggap menghidupkan kembali PKI karena menggunakan atribut-atribut berbau komunis.
Cara menindak oknum yang ditengarai memicu kebangkitan PKI, kata Gatot, ialah bisa dengan mencari akar permasalahannya yang dicontohkannya dengan penyebaran kaus berlambang lambang PKI (palu arit).
“Cari misalnya kalau ada yang pakai kaus, dekati. Belinya di mana, bikinnya di mana lalu ditelusuri dengan mendatangi toko yang menjual atribut-atribut tersebut dan mencari tahu siapa saja yang memesan. Kita bekerja di bawah, di mana otaknya,” ujar dia.
Diketahui, mantan Kepala Staf Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad), Mayor Jenderal (purnawirawan) Kivlan Zein menyebut PKI telah berdiri kembali dua minggu lalu, menurut Kivlan, sekelompok orang yang disebutnya anggota PKI merencanakan menggelar kongres di Magelang, Jawa Tengah, tahun 2010, tetapi digagalkan aparat.
(azm/arrahmah.com)