KABUL (Arrahmah.id) – Kepala Staf Angkatan Darat Imarah Islam Afghanistan (IIA) mengatakan bahwa wilayah udara Afghanistan masih berada di bawah kendali Amerika Serikat.
Berbicara dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Tolo News, Fasihuddin Fetrat mengatakan bahwa wilayah udara negara itu masih dikelola oleh Amerika Serikat dan negara ini melanggar wilayah udara Afghanistan.
Menurut Fasihuddin Fetrat, pesawat tak berawak Amerika terkadang terbang di atas wilayah udara Afghanistan.
“Pesawat tak berawak sesekali berpatroli, dan itu [wilayah udara Afghanistan] masih dikuasai oleh Amerika. Drone tersebut mungkin memasuki wilayah Afghanistan dari tanah salah satu negara tetangga,” kata Fasihuddin Fetrat, Kepala Staf Angkatan Darat Kementerian Pertahanan IIA.
Fetrat juga menolak klaim tentang penangkapan pasukan dari pemerintah sebelumnya, dengan mengatakan bahwa sejauh ini tidak ada yang ditangkap atas tuduhan ini, lansir Tolo News (6/3/2024).
“Saya jelas menolak hal ini, ini tidak memiliki dasar, dan tidak ada seorang pun dari rezim sebelumnya yang ditangkap, dipenjara, atau dipukuli sejauh ini, ini tidak benar. Jika mereka melakukan kejahatan, mereka masih belum memiliki kekebalan hukum,” tambah Fasihudin Fetrat.
Menurut Fetrat, jumlah pasti angkatan bersenjata yang aktif di Kementerian Dalam Negeri, intelijen, dan Kementerian Pertahanan telah mencapai 500.000 orang, dan angkatan darat mencapai 172.000 orang.
“Kami berada pada tahap awal, ketika pemerintahan Imarah Islam dimulai, dan kami mencoba membangun militer Afghanistan, jumlah yang dipertimbangkan adalah 200.000, dan kami secara bertahap mengalami kemajuan. Kami berharap dapat menyelesaikan jumlah yang kami pikirkan tahun depan,” kata kepala staf angkatan darat.
Mengenai bentrokan perbatasan dengan Pakistan, pejabat keamanan senior Imarah Islam mengatakan bahwa bentrokan ini terjadi sebagai tanggapan atas serbuan pasukan perbatasan Pakistan di sepanjang Garis Durand.
“Jelas bahwa kami menyebut garis ini sebagai garis imajiner, kadang-kadang terjadi invasi dan serangan yang tidak dapat diabaikan oleh pasukan kami, dan tidak ada solusi yang ditemukan melalui diskusi, dan pihak lain [Pakistan] mencoba menggunakan kekuatan, dalam hal ini kami juga mengizinkan pasukan kami menggunakan kekuatan,” kata Fetrat.
Fasihuddin Fetrat, di bagian lain pidatonya, menolak klaim tentang penjualan senjata Amerika di negara itu, mengatakan bahwa Imarah Islam sangat membutuhkan sisa peralatan militer dan tidak mengizinkan siapa pun untuk menjualnya. (haninmazaya/arrahmah.id)