NINIVEH (Arrahmah.id) — Sebanyak delapan roket menyasar pangkalan militer Zilkan yang menampung pasukan Turki di provinsi Nineveh, Irak utara pada Rabu (1/2/2023) pagi waktu setempat.
Kelompok kontra-terorisme, organisasi keamanan di wilayah otonomi Kurdi Irak, menyebut tidak ada korban jiwa dalam serangan tersebut.
“Delapan roket ditembakkan ke pangkalan militer Zilkan di provinsi Nineveh tepat di luar wilayah otonom,” kata badan tersebut, mengutip AFP (1/2).
Dua dari 8 roket dilaporkan menghantam di dalam kompleks. Sumber keamanan Turki juga mengatakan serangan itu tidak menyebabkan kerusakan dan tidak ada korban jiwa di pangkalan tersebut, tanpa merinci lebih lanjut.
Sementara itu, milisi Brigade Ahrar al-Irak, sebuah faksi bersenjata yang didukung Iran, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu melalui saluran telegramnya. Mereka menyebut telah menembakkan 20 roket ke pangkalan militer, mengancam akan memperluas operasi mereka ke tanah Turki.
“Kami menyatakan bahwa operasi kami berlanjut dan dalam pengembangan berkelanjutan, dan tidak akan berhenti kecuali dengan penarikan segera dan lengkap dari penjajah [pasukan Turki]. Dan jika penjajah bersikeras untuk tetap tinggal, operasi kami akan diperluas dan menargetkan posisi militer di dalam tanah Turki, dan Tuhan adalah saksi atas apa yang kami katakan,” bunyi pernyataan dari faksi tersebut, dikutip dari Rudaw (2/2).
Pangkalan militer Zilkan sering menjadi sasaran dalam beberapa tahun terakhir, dan serangan tersebut sebagian besar dikaitkan dengan milisi Irak yang didukung Iran.
Brigade Ahrar al-Irak sebelumnya mengaku bertanggung jawab atas beberapa serangan lain di pangkalan militer yang menampung pasukan Turki di Irak, termasuk serangan terhadap Zilkan pada Desember 2022.
Kehadiran pasukan Turki di pangkalan tersebut telah dikecam secara luas oleh pemerintah Irak. Kritik mencapai puncaknya ketika penembakan mematikan pada Juli yang dituduhkan pada Turki menewaskan sembilan turis Irak dan melukai puluhan lainnya.
Turki sendiri telah melakukan operasi di Irak selama beberapa dekade melawan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang memiliki basis di wilayah tersebut. Itu ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Turki, Amerika Serikat (AS), dan Uni Eropa.
Pihak berwenang Irak sendiri tidak punya banyak pilihan selain menerima kehadiran militer Turki di wilayahnya. PKK sendiri sempat melancarkan pemberontakan di tenggara Turki pada 1984 yang menewaskan lebih dari 40.000 orang. (hanoum/arrahmah.id)