AMMAN (Arrahmah.com) – Menteri Pertahanan AS, Leon Panetta, dan Raja Yordania, Abdullah II, pada Kamis (2/8/2012) membicarakan masalah transisi politik di Suriah “pasca-Bashar al-Assad”, kata juru bicara Pentagon, George Little.
“Mereka berbicara tidak hanya tentang bagaimana menghadapi krisis yang saat ini didorong oleh tindakan represif rezim, tetapi juga prospek transisi politik di SUriah pasca Bashar al-Assad,” kata Little pada wartawan.
“Mereka sepakat bahwa tekanan internasional yang kuat perlu dipertahankan untuk menegaskan bahwa Assad harus pergi, dan bahwa rakyat Suriah berhak untuk menentukan masa depan mereka sendiri.”
Panetta berjanji bahwa “Amerika Serikat akan bekerja sama dengan Yordania untuk mengeksplorasi sejumlah cara untuk terus memberikan bantuan kemanusiaan kepada mereka yang terkena dampak kekerasan di Suriah,” kata Little.
Menteri pertahanan AS berada di Yordania sebagai tempat terakhir dari kunjungannya di wilayah Arab. Sebelumnya, Panetta sempat menyambangi Tunisia, Mesir, dan Israel.
“Kami prihatin tentang apa yang terjadi di Suriah dan dampak yang yang bisa saja pada stabilitas regional,” kata Panetta wartawan sebelum tiba di Amman.
“Kami bekerja sangat erat dengan mereka (Yordania) juga dengan banyak mitra internasional dan non-pemerintah, untuk memberikan bantuan kemanusiaan untuk mendukung mereka yang telah terpengaruh oleh kekerasan di Suriah.”
Yordan, yang saat ini menjadi tempat berlindung lebih dari 145.000 Suriah, pada hari Minggu lalu membuka kamp pengungsi dengan tujuan membantu mereka yang melarikan diri dari kekerasan yang meningkat di perbatasan utaranya.
Kamp Zaatari di Mafraq dapat menampung hingga 120.000 orang.
Lebih dari 276.000 orang Aram telah meninggalkan negara mereka, terutama ke Yordania, Turki, dan Lebanon, menurut badan pengungsi PBB UNHCR.
“Departemen pertahanan telah mencapai level yang belum pernah terjadi sebelumnya, yakni kerjasama dengan pasukan bersenjata Yordania. Kami telah melakukannya dalam menanggapi apa yang terjadi di Suriah,” kata Panetta.
“Kami telah melakukan itu dengan cara mencoba mengembangkan kemitraan sedekat mungkin untuk menangani setiap hal yang mungkin terjadi di sana.”
Raja Abdullah II pada hari Rabu (1/8) mengunjungi desa perbatasan Tal Shehab, di mana ia dan tentara Yordania melakukan buka puasa bersama, istana mengatakan.
“Pada fajar, 600 Suriah mendapat serangan tentara Suriah saat mereka melarikan diri ke Yordania. Tentara Yordania merespon dan memungkinkan mereka untuk menyeberang,” kata Zayed Hammad, kepala Masyarakat Ketab dan Sunnah yang peduli pada ribuan orang Aram yang telah melarikan diri dari kekerasan.
“Tidak ada yang terluka. Hal semacam ini terjadi sepanjang waktu.”
Tentara Suriah melepaskan tembakan Kamis lalu pada sekelompok penduduk sipil yang mengungsi ke Yordania, menewaskan seorang anak tiga tahun.
Konflik di Suriah telah menewaskan lebih dari 20.000 orang sejak pemberontakan terhadap rezim Assad meletus pada Maret 2011, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan. (althaf/arrahmah.com)