WASHINGTON (Arrahmah.com) – Presiden AS, Barack Obama, mengatakan bahwa pasukan Amerika telah selesai dengan Operasi Pembebasan Irak dan episode mereka di Afghanistan juga hampir berakhir. Meskipun demikikan, saat ini AS menyerukan operasi di Pakistan perang yang sebenarnya.
Hanya satu hari setelah para pejabat Amerika mengumumkan bahwa pasukan AS mengeksekusi seorang yang diduga tokoh tinggi Al Qaeda dengan serangan pesawat tak berawak di Pakistan, Menteri Pertahanan AS, Leon Panetta, mengatakan kepada wartawan hari Rabu (6/3/2012) bahwa sekutu Amerika juga secara tidak langsung berfungsi sebagai medan perang dalam Perang Melawan Teror.
“Kami berperang di FATA, kami berperang melawan terorisme,” kata Panetta pekan ini. Panetta mengacu pada Wilayah Kesukuan Federal (FATA), sebuah daerah di Pakistan barat laut yang saat ini menjadi lokasi serangan udara Amerika.
Jauh sebelum serangan rahasia dan pembunuhan tokoh nomor wahid Al Qaeda, Syaikh Usamah bin Laden, membawa pasukan AS ke Pakistan, militer Amerika telah mencoba berulang-ulang kali untuk menutup-nutupi operasinya di luar negeri.
Walaupun menjadi sekutu Amerika Serikat, pejabat Pakistan telah terus mengutuk AS atas serangan pesawat udara tak berawak. Dan saat ini, setelah bertahun-tahun berusaha untuk kembali mengembangkan hubungan yang memburuk dengan Pakistan, Panetta menyatakan dengan terus terang bahwa operasi Amerika Serikat di FATA adalah perang yang sebenarnya.
Sementara komentar Panetta ini, datang hanya sehari setelah Pentagon menegaskan bahwa orang al-Qaeda nomor dua, “Abu Yahya al-Libi, dieksekusi dengan serangan pesawat tak berawak di wilayah FATA, juga bertepatan – kebetulan – dengan pernyataan yang dibuat oleh seorang mantan pejabat CIA.
Robert Greiner, yang pernah menjadi kepala pusat kontraterorisme CIA, mengatakan pada wartawan pekan ini bahwa kesalahan penanganan oleh Amerika atas pesawat tak berawak menciptakan tempat yang aman bagi teroris.
Dalam laporan yang diterbitkan minggu ini oleh harian Inggris Guardian, Greiner mengatakan bahwa serangan berkelanjutan terhadap target yang sering kali tidak spesifik lebih banyak menyebabkan sentimen anti-Amerika ketimbang memudahkan AS untuk benar-benar dapat memerangi teror. Setelah AS telah meningkatkan serangan udara di seperti Pakistan dan Yaman, kata Greiner, hal itu hanya membuat pemberontakan menjadi lebih merajalela.
“Yang kami lakukan sejauh ini adalah menciptakan situasi di mana kami memiliki lebih banyak musuh daripada berusaha untuk mengakhiri peperangan. Kami sudah berkaitan dengan Pakistan dan Afghanistan,” kata Greiner.
“Yang membawa Anda ke tempat di mana para pemuda, yang terbiasa mengangkat senjata, berada di daerah yang sama dan dapat dengan mudah menjadi militan. Jika Anda menyerang mereka tanpa pandang bulu, maka anda sedang menciptakan sejumlah kemarahan hebat. Mereka memiliki suku dan klan dan keluarga besar. Dan kemudian hal tersebut akan secara tiba-tiba menyebabkan ada berada pada masalah besar. Dan saya sangat prihatin tentang penciptaan surga yang lebih besar dan aman bagi teroris di Yaman,” pungkas Garnier. (althaf/arrahmah.com)