Desa-desa Palestina di Tepi Barat melakukan panen tahunan zaitun mereka pada bulan Oktober ini, di tengah kekhawatiran pelecehan dan kekerasan yang biasa dilakukan oleh pemukim ekstrim Yahudi dan tentara Zionis.
Sementara panen zaitun Palestina adalah tradisi yang membentang kembali generasi yang tak terhitung jumlahnya, fenomena kekerasan pemukim selama panen zaitun hanya setua pemukiman ilegal itu sendiri. Setiap tahun sekitar bulan Oktober, kakek-nenek, orang tua dan anak-anak memasang pelana keledai dan pohon dengan pohon, hari demi hari, mengikis, memenuhi karung demi karung dengan tanaman saitun yang dihasilkan dari 10 juta pohon di perbukitan dan pegunungan di Tepi Barat dan Gaza.
Menurut laporan Oxfam, “lebih dari 80 persen petani zaitun kecil, petani skala menengah, memiliki kebun-kebun zaitun sama dengan atau kurang dari 25 dunam (satu dunam adalah setara dengan 1.000 meter per segi)…budidaya zaitun menyediakan lapangan kerja dan penghasilan bagi sekitar 100.000 keluarga petani yang merupakan produsen minyak zaitun…di tahun yang baik, sektor minyak zaitun memberikan kontribusi lebih dari 100 juta USD pendapatan setiap tahun untuk beberapa komunitas termiskin”.
Ini merupakan cara hidup demi mempertahankan kelangsungan hidup keluarga Palestina yang tak terhitung jumlahnya, menjadi semakin terancam-baik oleh permusuhan dan kekerasan pemukim ekstrim Yahudi bersenjata di dekat desa-desa Palestina-oleh pembatasan dan peraturan yang melumpuhkan oleh militer Zionis.
Dikelilingi oleh pemukiman ilegal
Desa Burin, dekat Nablus, adalah contoh utama dari bahaya yang dihadapi oleh pemanen zaitun tahun 2011. 4.000 warga Burin hidup di sebuah lembah, dikelilingi oleh puncak-puncak bukit yang kesemuanya adalah pemukiman ilegal Israel (pos Yitzhar dan Har Bracha). Bulan lalu, pemukim ekstrim Yahudi dari Yitzhar, melakukan kekerasan rasis dengan membakar 200 pohon zaitun saat penduduk desa merayakan sebuah pernikahan.
Ini mengikuti serangan serupa pada akhir Juni, digambarkan oleh penduduk desa Burin sebagai serangan terburuk dalam 10 tahun terakhir saat 2.500 pohon zaitun yang ditanam di lebih dari 900 dunam tanah dihancurkan.
Ghassan Najjar, direktur Pusat Komunitas Burin mengatakan kepada The Electronic Intifada bahwa “setiap tahun itu semakin parah, dan tahun ini jauh lebih buruk dari tahun sebelumnya, dulu mereka membakar pohon setahun sekali.
Tapi tahun ini, mereka telah membakar pohon empat kali sejak April. Sejak April mereka telah menebang dan membakar seluruh daerah untuk membersihkan lahan sehingga kami tidak dapat menggunakan apa-apa.”
Panen zaitun sering menjadi target untuk serangan pemukim ekstrim Yahudi di Burin. Antara 9-16 Oktober 2010, kelompok hak asasi manusia B’Tselem melaporkan empat serangan terpisah terhadap pemanen zaitun di desa Burin.
Selama panen 2009, hampir 250 pohon zaitun ditebang oleh pemukim ekstrim Yahudi.
“Seperti saudara saya”
Ibrahim El Buriny (27), seorang petani zaitun yang seluruh keluarganya telah menyisir pepohonan di lereng bukit Burin untuk setiap generasi. “Tanah ini adalah seperti saudara bagi saya,” ujarnya. “Kakek saya membeli tanah ini pada tahun 1975 dari desa Huwara. Mereka memiliki catatan. Kertas-kertas itu terdapat di database Otoritas Palestina dan Israel”.
Pada hari pertama panen tahun ini di Burin, ia berbicara tentang bagaimana pemukim ekstrim Yahudi meningkatkan serangan dalam lima tahun terakhir. “Pemukim semakin radikal ketika mereka tumbuh kuat,” katanya. “Mereka tumbuh dalam jumlah yang lebih banyak dan lebih bersenjata……Biasanya sekelompok yang terdiri dari 25 pemukim ekstrim datang dari puncak bukit dengan menenteng senjata atau turun dari mobil mereka di jalan utama, mengutuk kami dan menembaki kami. Tentara Zionis datang untuk membela pemukim ekstrim Yahudi. Ada dua alternatif, berlari dan meninggalkan semua zaitun atau jika kita bisa tinggal, kita menakut-nakuti mereka atau mengusir mereka.”
Pemukim ekstrim Yahudi membakar kebun zaitun dalam upaya mengklaim secara fisik tanah milik penduduk Palestina dan mereka melakukan serangan dengan niat meneror penduduk Palestina hingga meninggalkan tanah dan mengasingkan diri. Sepertiga dari Yitzhar adalah tanah Palestina yang diduduki secara paksa.
“Kami tidak akan pergi”
Untuk penduduk Palestina di desa Burin, panen zaitun merupakan pernyataan perlawanan. “Tanah ini seperti ibu dan ayah kami,” ujar El Buriny. “Kami tidak bisa meninggalkan tanah kami dan siapa yang dapat meningglkan tanah mereka? Inilah alasan utama kami untuk terus memanen. Tetapi dalam situasi kami, kami juga memerlukan panen ini untuk menghasilkan uang. Tetapi bahkan jika kami memiliki uang pun, kami tidak akan menyerahkan tanah kami. Bahkan jika mereka melarang kami dari tanah milik kami sendiri, kami tidak akan meminum secangkir rasa takut, dan kami tidak akan tinggal diam.”
Najjar mengatakan secara tegas, “zaitun adalah produk pertanian yang paling penting di sini bagi kami. Tentu saja panen zaitun adalah penting bagi kami dan untuk menunjukkan perlawanan…Kami tahu dengan pasti bahwa jika kami meninggalkan tanah, mereka akan mencuri dan mengklaim bahwa tanah ini adalah milik mereka.”
Seringkali serangan pemukim ekstrim Yahudi memicu konfrontasi antara keduanya. El Buriny menekankan bahwa penduduk desa hampir tidak pernah membalas, tapi apa yang dilakukan penduduk desa adalah penuntutan hak mereka untuk mengusir penyerang dan membela diri dan pohon zaitun mereka jika dalam bahaya. “Bagaimana kami bisa membiarkan seseorang mendatangi tanah kami dan tidak membiarkan kami berada di tanah kami, memukul kami, mengutuk kami dan kami tetap diam? Yang kami miliki adalah sebuah batu untuk mempertahankan diri. Kami tidak mempunyai apa-apa selain batu, hati kami dan Allah,” jelasnya.
Karena konflik telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, militer Zionis telah berkomitmen untuk menghalangi gangguan di panen zaitun. Menyatakan niatnya untuk “melingungi” petani zaitun dari serangan pemukim esktrim.
Dalam laporan PBB tahun 2008, dengan judul “Panen Zaitun di Tepi Barat dan Gaza”, sebagai kekuatan militer pendudukan, Israel wajib menjamin ketertiban umum dan kehidupan di daerah pendudukan dan pemerintah Israel telah berulang kali berkomitmen untuk memastikan bahwa petani Palestina memiliki akses ke ladang mereka.
Pada kenyataannya, bagaimanapun, kehadiran tentara Zionis hanya menawarkan sedikit perlindungan yang tidak berarti bagi petani Palestina. (haninmazaya/arrahmah.com)