Hari demi hari telah kita jalani dalam menempuh bulan yang agung, bulan Ramadhan 1429 H.
Andaikan tanggal – tanggal dalam bulan Ramadhan tahun ini adalah jadwal pelaksanaan suatu proyek, maka tentunya kita telah menyilang tanggal-tanggal dari hari-hari yang telah kita lalui sebagai tanda penyelesaian tahap-tahap proyek tersebut. Tapi benarkah kita telah membuat suatu perencanaan proyek di bulan Ramadlan ini? Dan berusaha membuat suatu proyeksi menuju akhirat selama bulan Ramadhan ini?
Dalam hati kita barangkali ada yang bertanya: pertanyaan apa pula ini? Ramadhan kan sudah jelas bulan ibadah yang penuh berkah, siang kita berpuasa, malam kita shalat tarawih, titik! Benar, tapi kalau kita renungkan lebih dalam, bulan yang kata Rasulullah saw. adalah penghulu segala bulan (sayyidus syuhuur) ini bukan sembarang bulan! Maksudnya, kalau kita sukses di bulan ini, kita sukses besar. Sebaliknya, jika kita gagal pada bulan ini, bisa-bisa kita gagal total! Na’udzubillahi mindzalik
Ramadhan: Bulan Berkah
Imam Thabrani meriwayatkan suatu hadits dari sahabat Ubadah bin Shamit r.a. yang menyatakan bahwa suatu hari di bulan Ramadlan Rasulullah saw. bersabda: “Telah datang bulan Ramadhan kepada kalian, bulan barakah yang di dalamnya Allah mendatangi kalian. Maka turunlah rahmat. Dan dihapuskanlah kesalahan-kesalahan. Di bulan itu Allah mengabulkan doa. Di bulan itu Allah melihat (memperhatikan) perlombaan di antara kalian. Dan Allah membanggakan kalian kepada para malaikatNya. Maka perlihatkanlah kepada Allah kebaikan sebab orang yang celaka adalah yang tidak mendapatkan rahmat Allah di dalamnya “.
Hadits tsb menjelaskan secara jelas bahwa bulan Ramadhan adalah bulan barakah. Allah SWT memberkahi orang-orang mukmin. Makanan & minuman mereka menjadi berkah. Meskipun sedikit, tetapi mengenyangkan & menghilangkan dahaga. Harta & shadaqah mereka pun berkah, yakni ditambah dan diperbanyak oleh Allah SWT. Pendekatan diri mereka kepadaNya pun diberkahi dan amal-amal shalih mereka pun dilipatgandakan hingga 700 kali lipat. Allah SWT memuliakan mereka pada bulan ini lebih dari bulan-bulan lain. Pada bulan ini para hamba Allah merasakan sentuhan ketuhanan dengan turunnya rahmat, yang hanya diperoleh oleh hamba-hambaNya yang berpuasa. Kesalahan-kesalahan mereka dihapus & pada akhir Ramadhan dosa-dosa mereka diampuni. Jadi berkat rahmat Allah Yang Maha Pengampun, bulan Ramadhan menjadi bulan cuci dosa tahunan bagi muslim yg berpuasa. Tentu yg dimaksud adalah dosa-dosa kecil sebagaimana sabda Rasulullah saw. “Ramadhan hingga Ramadhan menjadi penghapus dosa di antara keduanya jika dijauhi dosa-dosa besar”.
Pada bulan Ramadhan Allah SWT menjawab doa orang-orang muslim yang berpuasa sejak terbit fajar hingga ia berbuka puasa. Rasulullah saw. bersabda: “Tiga kategori orang yang doa mereka tidak ditolak (oleh Allah SWT), orang yang berpuasa tatkala ia berbuka, Imam yang adil, dan doa orang yang dizhalimi. Allah mengangkat doa itu di atas awan & pint-pintu2 langit dibuka untuknya. Dan Allah Rabbul alamin berfirman: ‘Demi Kemuliaan dan KeagunganKu, niscaya aku akan menolongmu meskipun nanti”
Dalam hadits di atas Rasulullah menyebutkan bahwa Allah SWT melihat serta memperhatikan, & tentunya memberikan penilaian perlombaan amal shalih yang kita lakukan: “yanzhurullah ila tanaafusikum fiih”. Dalam penggalan hadits ini Allah mendorong kaum muslimin agar berlomba-lomba dalam melaksanakan berbagai ketaatan, seperti shalat-shalat sunnah, dzikir, doa, & melaksanakan umrah. Juga berlomba melaksanakan aktivitas-aktivitas kebajikan seperti memberikan shadaqah untuk fakir miskin & oran-orang2 yang membutuhkan, melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar, serta menyebarkan Islam di tengah-tengah masyarakat dengan jalan mengajarkan & mendakwahkannya. Perlombaan yang disaksikan Allah SWT tersebut berlangsung sepanjang bulan Ramadhan. Dan perlombaan amal shalih ini dibanggakan oleh Allah SWT kepada para malaikat muqarrabin, makhluk Allah penghuni alam yang tinggi yang ketaatannya paten itu (QS. At Tahrim 6). Setiap muslim yang mendengar sabda Rasulullah saw. itu tentu tak mau ketinggalan dalam perlombaan amal shalih tersebut. Dengan itu Allah mengangkat derajatnya di sisiNya, bahkan Allah SWT menyebut nyebut namanya di kalangan masyarakat yang tinggi (almala’u a’la) dan membanggakannya di hadapan para malaikatNya.
Oleh karena itu, Rasulullah dlm hadits di atas mengatakan: “Perlihatkanlah kebaikan kalian kepada Allah”. Seakan-akan Rasulullah saw. bersabda kpd kaum muslimin: “Turunlah kalian ke arena perlombaan super akbar ini dengan penampilan paling prima!”. Inilah kesempatan kita memecahkan rekor dalam cabang-cabang amal shalih, dalam bidang-bidang ibadah dan pendekatan diri kepada Allah SWT, baik yang bersifat ketaatan ritual maupun aktivitas kebajikan di masyarakat. Apalagi cabang yang paling bergengsi di sisi Allah, yakni aktivitas menggusur hukum kufur dan mengembalikan posisi hukum Al Quran dengan mengembalikan Khilafah Islamiyyah. Termasuk yang paling bergengsi pula yaitu melaksanakan kewajiban jihad fi sabilillah memerangi kaum kafir di bulan Ramadhan. Yang terakhir ini seperti yang dilakukan oleh Rasulullah saw dam para sahabatnya yang mulia. Mereka memerangi kaum Kafir Quraisy pertama kali dalam medan perang Badar pada bulan Ramadlan tahun 2 H. Mereka membebaskan kota Makkah dari kedaulatan Quraisy pada tahun 8 H. Mereka menjebol benteng pertahanan terakhir kaum Yahudi di Khaibar pada bulan Ramadhan 6 H. Demikian pula kaum muslimin berikutnya, tak ketinggalan berjihad memerangi kaum kafir meskipun mereka sedang berpuasa menahan lapar dan haus. Pembebasan Andalusia dan pengusiran pasukan Tartar dari negeri Syam merupakan sebagian bukti sejarah kemuliaan dan keperkasaan mereka serta keberkahan aktivitas mereka.
Lipat Ganda Pahala
Salah satu keberkahan bulan Ramadhan adalah dilipatgandakannya pahala amalan shalih seorang muslim. Dalam hadits yg diriwayatkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah antara lain disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang mendekatkan diri kpd Allah dengan perbuatan baik (sunnah/mandub) pada bulan Ramadhan, (ia diganjar pahala) sama seperti menunaikan suatu kewajiban (fardlu) pada bulan yang lain. Siapa saja yang menunaikan kewajiban (fardlu) di bulan Ramadlan , (ia diganjar pahala) sama dengan orang yang mengerjakannya 70 kali kewajiban tersebut di bulan yang lain”.
Dari informasi hadits di atas dpt kita duga secara relatif –dan Allah SWT yg Maha Mengetahui dan paling berhak memberikan penilaian dan pahala—nilai2 aktivitas kaum muslimin yang berpuasa di bulan Ramadhan. Puasa Ramadlan sendiri tak ada bandingannya, karena Allah SWT sendiri yang akan menghitung balasannya, sebagaimana disebut dalam sabda Rasulullah saw: “Segala amal kebajikan anak Adam dilipatgandakan pahalanya dengan 10 hingga 700 kali lipat. Allah berfirman: ‘kecuali puasa, puasa itu untukKu dan Aku (sendiri) yang akan mem- berikan pahala kepadanya. Dia telah mening- galkan syahwat dan makan minum lantaran Aku’…” (HR. Muslim).
Namun aktivitas-aktivitas lain yang kita lakukan sambil berpuasa perlu kita ketahui dan dugaan relatif kita tentunya adalah untuk memperkuat motivasi kita dalam melakukan amal shalih.
Jika kita melaksanakan shalat fardlu –dan ini harus tentunya– lima waktu selama sebulan penuh, maka kita insyaallah dipahalai sama dengan melaksanakannya 70 bulan atau kurang lebih 5 tahun sepuluh bulan pada bulan yang lain. Jika kita laksanakan shalat sunnat rawatib (pengiring shalat lima waktu), maka insyaallah kita dihitung sama dengan melaksanakan shalat fardlu tersebut pada bulan yang lain. Jika kita melaksanakan shalat tarawih sebulan penuh, maka kita insyaallah dihitung sama dengan melaksanakan shalat fardlu pada bulan yang lain dengan jumlah rakaat sesuai bilangan rakaat tarawih kita. Shalat-shalat sunnah lainnya pun alangkah baiknya kita kerjakan karena insyaallah status pahalanya sama dengan shalat-shalat fardlu pada bulan-bulan yang lain. Sedangkan sekali melaksanakan shalat fardlu di masjid secara berjamaah, insyaallah dinilai sama dengan 70 kali shalat fardlu sendirian, artinya sama dgn 4900 kali shalat fardlu sendirian di bulan yang lain. Adapun memberikan pesan-pesan taqwa pada mimbar Jumat, insyaallah dinilai sama 70 kali berkhutbah Jumat pada bulan yang lain.
Membayar shadaqah sunnah di bulan Ramadlan, insyaallah mendapatkan pahala membayar zakat di bulan yang lain. Sedangkan membayar zakat di bulan Ramadlan, insyaallah mendapatkan pahala membayar zakat selama 70 thn. Memberikan pinjaman kepada saudara muslim yang membutuhkan, insyaallah mendapatkan pahala membayar kewajiban nafkah di bulan yang lain. Sedangkan membayar utang di bulan Ramadhan kiranya sebagaimana membayar nafkah wajib, insyaallah akan mendapatkan pahala sama dengan 70 kali membayar kewajiban tersebut.
Mengambil keputusan hukum atas perkara-perkara dengan menggunakan hukum Allah SWT & bersikap adil di bulan Ramadlan, insyaallah mendapatkan pahala seperti 70 kali mengambil keputusan dengan cara tersebut di bulan lain. Berdakwah mengajak kaum muslimin meninggalkan hukum kufur dan mengembalikan hukum Al Quran di bulan Ramadhan, insyaallah akan mendapatkan pahala setara dengan melakukan dakwah seperti itu sebanyak 70 kali di bulan yang lain. Sedangkan sikap ikhlas penuh kerendahan hati mengambil keputusan politik untuk kembali kpd hukum Allah di bulan Ramadlan, insyaallah akan mendapatkan pahala sebanyak 70 kali pengambilan keputusan yang luhur itu.
Berjihad memerangi pasukan kafir di bulan Ramadhan, insyaallah akan mendapatkan pahala 70 kali jika dikerjakan pada bulan yang lain. Berpatroli menjaga keamanan pasukan muslimin di bulan Ramadhan, insyaallah dinilai sama dengan 70 kali patroli yang sama di bulan lain. Dan menjaga perbatasan atau menjadi murabithuun (QS. Ali Imran 200) sebulan penuh di bulan Ramadhan, insyaallah mendapat pahala setara dengan menjaga perbatasan selama 70 bulan di bulan yang lain.
Menyuruh seorang muslimah berjilbab pada saat pergi ke luar rumah pada bulan Ramadlan insyaallah mendapatkan pahala seperti menyuruhnya 70 kali pada bulan yang lain. Melarang seorang pemuda minum khamr, minum ecstasy, dan mengisap ganja di bulan Ramadhan, insyaallah mendapatkan pahala melarangnya 70 kali di bulan yang lain. Sedangkan menutup pabrik-pabrik barang-barang terlarang tersebut serta menutup jalur-jalur peredarannya dengan tanda-tanda penguasa, insyaallah mendapatkan pahala yang jauh lebih besar. Orang yang menasehati penguasa agar lurus dengan perintah Allah SWT, dan melarang mereka mengingkari ketetapan Allah SWT di bulan Ramadhan, insyaallah akan mendapatkan pahala setara dengan kalau ia lakukan 70 kali di bulan yang lain. Adapun kalau ia dibunuh penguasa pada bulan Ramadlan lantaran tindakan luhurnya itu, insyaallah bagaikan ia mati syahid 70 kali. Bertafaquh fiddin menuntut ilmu-ilmu Islam selama seminggu di bulan Ramadlan, insyaallah mendapat pahala setara dengan menuntutnya selama 70 minggu di bulan yang lain. Mempelajari dan meneliti sains dan teknologi selama sebulan di bulan Ramadhan, insyaallah dipahalai seperti mempelajari dan menelitinya selama 70 bulan di bulan yang lain.
Pendek kata, pada bulan ini kaum muslimin panen pahala secara besar-besaran. Lebih-lebih pada malam kemuliaan (lailatul qadar), yang nilainya melebihi seribu bulan.
Teliti Sebelum Beramal
Kalau dlm hadits di atas Rasulullah saw. menyuruh kaum muslimin agar menampilkan kebaikan mereka kpd Allah SWT di bulan Ramadlan ini, arti sebaliknya (mafhum mukhalafah) adalah beliau saw. melarang kita menampilkan keburukan-keburukan kita di bulan Ramadhan. Jika dalam bulan Ramadlan Allah SWT melipatgandakan pahala perbuatan baik kita, maka dapat kita mengerti kalau Allah akan menghukum berat pula siapa saja yang melakukan kemaksiatan di bulan Ramadlan. Jika Rasulullah saw. menghukum seseorang yang bergaul dengan istrinya di siang hari bulan Ramadhan dengan alternative-alternatif yang berat, yaitu: melaksanakan puasa berturut-turut 2 bulan, atau membebaskan budak, atau memberikan makan kepada 60 orang fakir miskin; bagaimana pula hukuman untuk yang berzina di siang seperti itu? Bahkan untuk orang yang sengaja tidak berpuasa di bulan Ramadhan, tanpa alasan untuk mendapatkan rukhshah, Rasulullah saw. dengan tegas mengancam yang bersangkutan dengan predikat kafir dan puasa yang ditinggalkannya itu tak pernah dapat dilunasinya!
Imam Bukhari meriwayatkan hadits Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang berbuka suatu hari di bulan Ramadlan tanpa udzur dan tidak sakit, niscaya puasa yang ditinggalkannya itu tak dapat dilunasinya (qadla) dengan puasa sepanjang masa, sekalipun ia (sanggup) melakukannya”. Dengan demikian, sebagai hamba Allah SWT yang yakin bahwa kita ini milikNya dan akan kembali pulang kepadaNya, maka hendaknya kita selalu meneliti perbuatan yang akan kita amalkan. Apakah itu bernilai positif, nol, atau negatif di sisi Allah SWT. Jika kita ketemu perbuatan yang sama-sama positif, mana yang lebih besar nilainya di sisi Allah SWT, itu yang kita prioritaskan. Dengan ketelitian itu kita akan dapat mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya berupa pahala sebanyak-banyaknya dan kemuliaan dari Allah yang setinggi-tingginya. Insyaallah!.