ANKARA (Arrahmah.id) — Turki melakukan penahanan massal terhadap ratusan orang yang diduga anggota kelompok militan Islamic State (ISIS). Penangkapan itu itu dilakukan dalam operasi di 32 provinsi, kata Menteri Dalam Negeri Ali Yerlikaya pada hari Jumat (22/12/2023).
Dilansir Al Jazeera (23/12), Ankara telah meningkatkan operasi terhadap kelompok bersenjata dan kelompok Kurdi selama perang Palestina -Israel di Gaza.
Mayoritas terduga anggota ISIS ditangkap di Ankara, Istanbul, dan Izmir, tiga kota terbesar di negara itu, kata Yerlikaya melalui platform medi sosial X.
Operasi tersebut dilakukan secara serentak di seluruh negeri, kata menteri tersebut, yang membagikan rekaman yang menunjukkan polisi memasuki apartemen dan gedung dan menyeret tersangka ke dalam kendaraan.
Turki terus menjadi sasaran dan dilanda serangkaian serangan mematikan ISIS sejak tahun 2015. Satu serangan di Istanbul pada 1 Januari 2017, menewaskan 39 orang di sebuah klub malam.
Ankara telah meningkatkan tindakan kerasnya terhadap orang-orang di negara tersebut yang kemungkinan memiliki hubungan dengan ISIS sejak saat itu.
Pada bulan Mei, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengumumkan bahwa pasukan intelijen negaranya telah membunuh tersangka pemimpin ISIS, Abu al Hussein al Husseini al Qurashi.
“Orang ini dinetralisir sebagai bagian dari operasi organisasi intelijen nasional Turki di Suriah,” kata Erdogan. “Kami akan melanjutkan perjuangan kami melawan organisasi teroris tanpa diskriminasi apa pun.”
Kelompok ISIS lahir setelah invasi Amerika Serikat (AS) ke Irak pada tahun 2003. ISIS yang semula bernama ISIS terbentuk dari aliansi kelompok jihad yang ada di Irak seperti al Qaeda, Jamaah Tawhid wal Jihad, dll.
Pada tahun 2014, mereka menyatakan mendirikan kekhilafahan yang wilayahnya mencakup sepertiga wilayah Irak dan Suriah.
Namun kelompok ini kehilangan kendali atas wilayah yang mereka kuasai setelah kampanye Koalisi 80 negara yang dipimpin AS memerangi mereka dari segala penjuru.
Meskipun berhasil dipukul mundur dan kalah, beberapa militan ISIS masih bersembunyi dan melakukan beberapa serangan sporadis di daerah terpencil di Suriah dan Irak. (hanoum/arrahmah.id)