TEPI BARAT (Arrahmah.id) — Otoritas Palestina menyerahkan peluru yang menewaskan jurnalis Al Jazeera, Shireen Abu Akleh ke Amerika Serikat (AS) untuk dites.
Melansir dari AFP (3/7/2022), Jaksa Agung Palestina Akram Al-Khatib memastikan tak ada modifikasi yang dibuat pada peluru yang menewaskan Abu Akleh saat meliput penyerbuan tentara Israel di Jenin, Tepi Barat tersebut.
Al-Khatib mengatakan pihak terkait di AS akan mengembalikan barang bukti itu setelah pemeriksaan forensik selesai mereka lakukan.
Sebelumnya, Palestina memberi lampu hijau kepada AS untuk melakukan tes atas peluru yang menewaskan Abu Akleh pada 11 Mei lalu, bukan kepada Israel.
Dari investigasi petugas Palestina, Abu Akleh–yang kala itu mengenakan helm dan rompi antipeluru bertuliskan ‘Press’ atau ‘Pers’– tewas karena tembakan saat meliput penyerbuan tentara Israel di utara Tepi Barat.
Petugas investigasi Palestina menyatakan Abu Akleh tewas setelah tertembak sebuah peluru di bawah helmnya.
Dari jasad Abu Akleh kala itu petugas Palestina mengeluarkan proyektil 5,6 militer yang diduga ditembakkan dari senapan jenis Ruger Mini-14.
Kematian Akleh memicu kemarahan Palestina dan kecaman dari masyarakat internasional.
Bulan lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berjanji, “Ketika investigasi itu dilakukan, kami akan mengikuti fakta, ke mana pun mereka mengarah. Sesederhana itu.”
Selain itu, Presiden AS Joe Biden dijadwalkan bertemu secara terpisah dengan para pemimpin Palestina dan Israel selama lawatannya ke kawasan itu pada 13-16 Juli.
Otoritas Palestina, setelah menjalankan penyelidikan tersendiri, mengatakan Abu Akleh ditembak oleh seorang tentara Israel sebagai “pembunuhan yang disengaja”.
Israel selama ini menolak tuduhan itu, dan mengatakan pihaknya sedang melanjutkan penyelidikan.
Namun, Israel mengatakan tidak bisa menentukan apakah Akleh ditembak secara sengaja oleh seorang tentara Israel atau oleh seorang gerilyawan Palestina ketika baku tembak terjadi.
Kesimpulan itu, kata Israel, tidak dapat dihasilkan jika tidak memeriksa peluru terkait –untuk memastikan apakah cocok dengan sebuah senapan yang dipakai militer Israel.
Sementara itu, Ahad (3/7), otoritas Israel menyatakan akan menyelidiki sebuah peluru yang menewaskan jurnalis Al Jazeera, Shireen Abu Akleh, untuk memastikan apakah salah satu tentaranya yang menembak warga Palestina-Amerika itu.
Juru Bicara Militer Israel Ran Kochav mengatakan tes atas peluru itu tak akan dilakukan orang AS, melainkan oleh pihaknya dengan pantauan petugas dari Negara Paman Sam.
“Tes itu tak akan dilakukan orang Amerika, tes akan dilakukan oleh Israel dengan kehadiran orang Amerika,” kata dia.
“Kami akan menunggu hasilnya, jika kami membunuhnya, kami akan bertanggung jawab atas hal tersebut, dan kami akan meminta maaf atasnya. Kami juga meminta maaf ketika orang yang tak terlibat terbunuh oleh milisi Palestina,” imbuhnya.
Meskipun demikian, belum ada pernyataan resmi dari pemerintahan Israel terkait hal tersebut. Selain itu, pihak AS yang dikonfirmasi pun belum menjawab sejauh ini.
Di sisi lain, salah seorang sumber Palestina di Ramallah, mengatakan tes atas peluru itu akan dilakukan di Kedutaan AS di Yerusalem. (hanoum/arrahmah.id)