RAMALLAH (Arrahmah.com) – Palestina pada Selasa (22/9/2020) melepaskan haknya untuk menduduki kursi kepemimpinan bergilir di Liga Arab sebagai bentuk protes atas kesepakatan normalisasi dengan “Israel” yang dilakukan oleh dua Negara Teluk Arab.
“Keputusan ini diambil setelah Sekretariat Liga Arab lbih mendukung Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain, yang menormalisasi hubungan diplomatik mereka dengan ‘Israel’, di mana hal tersebut melanggar Prakarsa Perdamaian Arab,” kata Riyad Al-Maliki, Menteri Luar Negeri Palestina, saat menggelar konferensi pers di Ramallah.
“Beberapa negara Arab yang berpengaruh juga enggan untuk mengutuk UEA dan Bahrain yang telah melakukan pelanggaran terhadap Prakarsa Perdamaian Arab,” imbuhnya, sebagaimana dilansir Daily Sabah.
Namun meski demikian, Al-Maliki menegaskan bahwa Palestina tidak akan mundur dari Liga Arab.
Pada 9 September, badan pan-Arab gagal untuk mengeluarkan resolusi yang mengutuk langkah UEA dan Bahrain yang menormalisasi hubungan mereka dengan “Israel”.
UEA dan Bahrain menandatangani perjanjian yang disponsori AS pada 15 September untuk menjalin hubungan diplomatik dengan “Israel”.
Kelompok-kelompok Palestina mengutuk langkah tersebut dan mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh UEA dan Bahrain tidak mewakili Palestina dan bahkan mengabaikan hak-hak Palestina.
Palestina juga menganggap kedua negara tersebut telah berkhianat karena melanggar konsensus Arab yang telah dipatuhi selama puluhan tahun, bahwa tidak akan ada normalisasi hubungan dengan “Israel” hingga “Israel” memberikan hak-hak Palestina dan menghentikan pendudukan ilegal yang dilakukannya. (rafa/arrahmah.com)