TEPI BARAT (Arrahmah.com) – Hari Raya Islam Idul Adha, bertepatan dengan ibadah haji tahunan, sebuah keluarga Palestina di Beit Kahel, sebelah utara Hebron di Tepi Barat mengenang peristiwa tragis yang mereka alami pada hari yang sama setahun yang lalu.
Tentara Israel menyerbu rumah Aref Asafreh dan menangkap ketiga putranya beberapa jam kemudian, sehari setelah mereka merayakan Idul Adha.
“Pasukan Israel mengepung rumah saya dan memerintahkan keluarga untuk masuk dalam satu kamar, dan mulai menginterogasi putra-putra saya selama lima jam. Kemudian mereka membawa Qasem, istrinya Enas, dan dua putra lainnya, Ahmed dan Mohammad, dan pergi, Mereka juga menyita kendaraan Qasem,” tuturnya, sebagaimana dilansir Anadolu Agency, Jumat (31/7/2020).
Belakangan intelijen Israel menuduh mereka membunuh seorang mantan tentara Israel di permukiman Gush Etzion di utara Hebron.
Tiga bulan kemudian, pasukan Israel datang kembali dan menghancurkan empat rumah milik keluarga tersebut, salah satunya milik Qasem dan istrinya. Selama setahun terakhir, anak-anak mereka, Mohammad, 6, dan Abdulrahman, 4, menantikan kembalinya orang tua mereka.
Duduk di atas puing-puing rumahnya bersama dengan Saleh, Asafrh mengatakan bahwa ingatan akan kejadian tragis tersebut sangat terasa pada hari-hari khusus seperti Idul Adha ini ketika anak-anak mengingat dan mengenang kebersamaan bersama orang tua mereka.
“Mereka kehilangan kehangatan pangkuan ibu. Mereka menanyakan keberadaan orang tua mereka dan kapan mereka akan kembali. Kami tidak punya jawaban,” kata Khaleel, saudara laki-laki Qasim.
Asafreh dan istrinya yang sudah tua merawat tujuh cucu, yang ayahnya dipenjara. Saat rumah-rumah mereka diledakkan oleh pasukan Israel, mereka harus berlari pontang-panting untuk mencari tempat berlindung.
“Setelah menangkap putra-putra saya, pasukan penjajah Israel menangkap tiga keponakan saya. Enam pria di keluarga kami berada di penjara,” katanya.
Asafreh dan istrinya baru bertemu dengan putranya sekali saja sejak mereka ditangkap. Alih-alih tentara Israel menahan mereka di dalam satu penjara, mereka malah dimasukkan ke penjara berbeda di seluruh negeri.
Beberapa hari yang lalu, keluarga tersebut menerima surat dari Enas, 28, yang berhasil diselundupkannya melalui tahanan wanita yang dibebaskan.
“Aku merindukan Qasem dan putra-putra kami hari ini. Saya berharap bisa bersama mereka dan mempersiapkan diri untuk Idul Adha. Saya ingin membelikan mereka pakaian baru yang bagus,” tulis sang ibu, yang ditahan di penjara Damon dekat Haifa, sedangkan Qasem ditahan di penjara Remon di gurun Negev di ujung selatan.
Berbicara kepada Anadolu Agency, Mohammad Asafrh, saudara lelaki Enas mengatakan bahwa saudara perempuannya tersebut telah menderita banyak penyakit kronis karena interogasi yang keras yang ia alami di Pusat Interogasi Ashkelon.
“Dia menderita sakit kepala terus menerus, iritasi usus besar, dan nyeri pada tulang sebagai akibat dari kekurangan vitamin, dan perawatan medis. Tapi dia selalu berusaha menjadi kuat dan sabar,” tutur Mohammad.
Dalam suratnya, Enas meminta keluarganya untuk memperdengarkan suara putranya pada hari Idul Adha.
(ameera/arrahmah.com)