NEW YORK (Arrahmah.com) – Palang Merah mengatakan bahwa situasi di Myanmar masih belum tepat bagi kembalinya pengungsi Rohingya ke rumah mereka.
Kekerasan yang berlanjut di negara bagian Rakhine, penghancuran rumah, dan faktor-faktor lain berarti ketidakterjaminan pengembalian yang aman dari para pengungsi.
“Kami masih percaya bahwa kondisinya tidak tepat untuk pengembalian sukarela, aman, dan bermartabat,” kata Robert Mardini, pengamat PBB dari Komite Palang Merah PBB, dikutip AP pada Kamis (15/11/2018).
Sekitar 700.000 orang Rohingya telah mencari perlindungan di Bangladesh sejak Agustus 2017 menyusul tindakan keras militer di negara bagian Rakhine.
Tahun ini, PBB menyerukan pengadilan genosida untuk menyeret para jenderal yang bertanggung jawab atas pembantaian itu.
Sebuah laporan PBB setebal 440 halaman mengenai genosida tersebut telah merinci jumlah kekejaman yang dilakukan oleh militer Myanmar terhadap minoritas Muslim, yang terus hidup sebagai warga kelas dua di negara itu atau dalam kondisi yang mengerikan di kamp-kamp Bangladesh.
Palang Merah adalah salah satu dari beberapa organisasi kemanusiaan yang beroperasi di negara bagian Rakhine.
Myanmar dan Bangladesh setuju untuk memulangkan Rohingya yang dikeluarkan dalam kampanye militer baru-baru ini. Meski demikian, Rohingya takut kembali ke negara tanpa jaminan kewarganegaraan, keamanan, dan hak-hak dasar.
Rakhine Utara telah mengalami pembangunan kembali besar-besaran dalam ketidakhadiran mereka dan para pendukung Rohingya mengatakan proses ini merupakan upaya untuk menghapus sejarah mereka selamanya.
PBB, yang telah diberikan akses ke bagian negara bagian Rakhine utara di Myanmar tempat sebagian besar warga Rohingya tinggal, mengatakan kondisi tidak tepat bagi minoritas yang tidak memiliki kewarganegaraan untuk kembali.
Sebanyak 42 badan bantuan dan LSM mengatakan minggu ini bahwa Rohingya di kamp-kamp di Bangladesh “ketakutan” untuk repatriasi. (Althaf/arrahmah.com)