ISLAMABAD (Arrahmah.id) – Kementerian luar negeri Pakistan telah memanggil wakil kepala misi kedutaan Amerika Serikat untuk menyatakan keprihatinannya atas pernyataan pekan lalu oleh Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri India Narendra Modi yang meminta Pakistan untuk memastikan wilayahnya tidak digunakan sebagai pangkalan untuk serangan kelompok bersenjata.
Pernyataan AS-India dirilis setelah pertemuan antara Biden dan Modi di Gedung Putih pada Jumat (22/6/2023) dan mendapat kritik dari Pakistan, yang menyebutnya bertentangan dengan norma diplomatik.
“Ditekankan bahwa Amerika Serikat harus menahan diri dari mengeluarkan pernyataan yang dapat ditafsirkan sebagai dorongan narasi India yang tidak berdasar dan bermotivasi politik terhadap Pakistan,” kata kantor luar negeri Pakistan dalam sebuah pernyataan pada Senin (25/6).
“Juga ditekankan bahwa kerja sama kontraterorisme antara Pakistan dan AS telah berjalan dengan baik dan lingkungan yang mendukung, yang berpusat pada kepercayaan dan pengertian, sangat penting untuk semakin memperkuat hubungan Pakistan-AS.”
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matt Miller mengatakan kepada wartawan dalam jumpa pers harian bahwa Pakistan telah mengambil langkah-langkah penting untuk melawan kelompok-kelompok bersenjata, tetapi mengatakan Washington menganjurkan lebih banyak yang harus dilakukan.
“Namun, pada saat yang sama, kami juga konsisten dengan pentingnya Pakistan terus mengambil langkah-langkah untuk secara permanen membongkar semua kelompok teroris, termasuk Lashkar-e-Taiba [LeT] dan Jaish-e-Mohammad [Jaish-e-Muhammad atau JeM], dan berbagai organisasi depan mereka dan kami akan mengangkat masalah ini secara teratur dengan pejabat Pakistan,” katanya.
LeT adalah kelompok yang dipersalahkan atas serangan Mumbai 2008 yang menewaskan lebih dari 160 orang, sementara JeM mengaku bertanggung jawab atas pemboman 2019 di Kashmir yang menewaskan 40 personel paramiliter India.
Hubungan antara India dan Pakistan tegang selama bertahun-tahun. Sejak kemerdekaan dari Inggris pada 1947, India dan Pakistan telah berperang tiga kali, dua di antaranya memperebutkan wilayah Kashmir yang mayoritas Muslim, yang keduanya klaim secara penuh tetapi memerintah sebagian.
Tentara Pakistan pada Sabtu (23/6) mengklaim dua warga sipil dibunuh oleh pasukan India dalam penembakan yang melintasi Garis Kontrol, perbatasan de facto di Kashmir, konflik pertama sejak gencatan senjata pada 2021 antara dua tetangga Asia Selatan yang bersenjata nuklir ini.
India mengatakan Pakistan membantu kelompok bersenjata yang memerangi pasukan keamanan India di bagiannya di Kashmir sejak akhir 1980-an. Pakistan membantah tuduhan itu dan mengatakan itu hanya memberikan dukungan diplomatik dan moral bagi warga Kashmir yang ingin menentukan nasib sendiri. (zarahamala/arrahmah.id)