ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Menteri luar negeri Pakistan pada hari Sabtu (24/9/2011) memperingatkan Amerika Serikat untuk tidak melakukan pengiriman pasukan darat ke negaranya dalam rangka melawan kelompok mujahidin Afghanistan yang dituduh Amerika digunakan oleh agen intelijen Pakistan dalam menyerang negara tetangganya, Afghanistan.
Peringatan itu datang saat komandan tertinggi militer Amerika di Pakistan akan mengadakan pembicaraan dengan kepala militer di tengah ketegangan yang terus memuncak antara kedua negara. Kedutaan Besar AS mengatakan Jenderal James Mattis, kepala Komando Sentral AS, tiba di Pakistan Jumat malam (23/9), dan bahwa ia akan menemui kepala militer Pakistan, Jenderal Ashfaq Parvez Kayani.
Hubungan antara Islamabad dan Washington saat ini berada dalam krisis setelah para pejabat Amerika meningkatkan tuduhan bahwa ISI membantu pemberontak di Afghanistan, termasuk mereka yang mengambil bagian dalam serangan terhadap Kedutaan Besar AS di Kabul pekan lalu.
Menteri Luar Negeri Pakistan, Hina Rabbani Khar, mengatakan dalam sebuah wawancara pada Sabtu (24/9) bahwa ada garis merah dan aturan tersendiri mengenai keterlibatan Pakistan dengan Amerika, yang tidak boleh dilanggar.
“Hal ini (kunjungan pejabat AS) membuka semua jenis pintu dan segala macam pilihan,” katanya kepada statsiun televisi swasta Pakistan, Aaj News TV dari New York. Komentar itu dalam menanggapi pertanyaan tentang kemungkinan pasukan AS datang ke Pakistan.
Namun Khar bersikeras bahwa kebijakan Pakistan tidak berubah, yakni untuk menjalin ikatan yang lebih intensif dengan Amerika Serikat dan bahwa ia ingin mencegah setiap kecurangan dalam permainan.
“Jika banyak tujuan Anda yang tidak tercapai, jangan membuat orang lain jadi kambing hitam,” katanya ditujukan pada AS.
Sementara itu, Kayani, kepala tentara Pakistan, mengatakan pada Jumat (23/9) bahwa tuduhan AS terhadap Pakistan tidak berdasar dan merupakan bagian dari “kecurangan permainan” yang merugikan bagi perdamaian di Afghanistan. Pejabat Islamabad lainnya mendesak Washington untuk mengajukan bukti atas tuduhan yang ditudingkan AS terhadap negaranya.
Khar juga memperingatkan Amerika Serikat bahwa sikap AS bisa membuat AS kehilangan sekutu dalam perang melawan teror.
Saling tuding ini dimulai ketika Laksamana Mike Mullen, ketua Kepala Staf Gabungan, pada hari Kamis (22/0) menuduh ISI mendukung pemberontak Haqqani dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan 22 jam minggu lalu terhadap Kedutaan Besar AS dan pemboman truk yang melukai 77 tentara Amerika di hari sebelumnya.
Kayani mengatakan tuduhan itu “tidak berdasarkan fakta.”
Klaim ini merupakan klaim AS yang paling serius terhadap negara yang memiliki senjata nuklir Pakistan, dimana Washington telah memberikan miliaran bantuan sipil dan militer selama 10 tahun terakhir dalam rangka mengamankan kerjasama di Afghanistan dan melawan al Qaeda.
Jaringan Haqqani secara luas diyakini berbasis di wilayah Pakistan, yakni di wilayah suku Waziristan Utara dekat perbatasan Afghanistan. Media selalu melansir bahwa kelompok ini memiliki hubungan historis dengan intelijen Pakistan, dalam perang melawan Soviet di Afghanistan pada 1980-an.
Hubungan antara AS dan Pakistan tidak pernah mulus. Hal lain yang pernah melukai hubungan kedua negara adalah ketika pasukan khusus AS melakukan aksinya tanggal 2 Mei lalu di kota Abottabbad tanpa memberitahu otoritas Pakistan. (althaf/arrahmah.com)