KARACHI (Arrahmah.com) – Organisasi-organisasi keagamaan dan budaya Pakistan memperingati Hari Hijab Dunia kedua pada tanggal 1 Februari 2014 sebagai upaya untuk lebih menekankan bahwa Hijab merupakan pakaian wajib bagi Muslimah, dan Muslimah tidak merasa terpaksa memakai Hijab.
“Kami tidak akan menandai acara tersebut hanya untuk satu hari ini saja. Ini akan benar-benar menjadi awal dari kampanye kami yang akan berlangsung sampai ulang tahun ketiga Hari Hijab Dunia,” Farhana Aurungzeb, Ketua Muslimah Jamat-e-Islami, salah satu dari dua partai agama utama di negara itu, mengatakan kepada OnIslam, Sabtu (1/2/104).
Muslimah dari Jamat-e-Islami, yang memiliki sayap organisasi perempuan terbesar di Pakistan, telah melakukan berbagai program yang berbeda terkait dengan peringatan Hari Hijab Dunia, termasuk dengan menyelenggarakan konferensi, seminar, dan mendistribusikan kerudung ke lembaga-lembaga pendidikan dan kantor-kantor untuk memperingati acara tersebut.
“Slogan kami untuk tahun ini adalah kerudung merupakan pilihan saya, kebanggaan saya, yang mencerminkan bahwa kita tidak dipaksa untuk memakainya. Sebaliknya, ini adalah pilihan kami karena merupakan pakaian wajib bagi perempuan Muslim,” Aurugzeb, mantan anggota dewan di dewan kota Karachi.
Islami Jamiat Talibaat (IJT), yang merupakan sayap mahasiswi dari Jama’ah-e-Islami, telah merencanakan untuk mendistribusikan kerudung dan baju Muslim di kalangan mahasiswi di perguruan tinggi dan universitas-universitas di seluruh negeri.
“Ini adalah untuk kedua kalinya secara berturut-turut ketika IJT akan menandai hari ini di ratusan perguruan tinggi dan universitas,” Ammara Liaquat, kepala IJT dari Chapter Karachi kepada OnIslam.
Dia mengatakan bahwa respon tahun lalu telah mendorong organisasinya untuk menandai World Hijab Day ini dengan level yang lebih besar.
“Kami telah membagikan kerudung bahkan di antara gadis-gadis dan wanita modern. Tapi yang mengejutkan kami, tidak seorang wanita pun yang mengecewakan kami atau menolak untuk menerima kerudung pemberian kami,” kenangnya.
“Bahkan, beberapa dari mereka tampak merasa bersalah, karena mereka memahami pentingnya kerudung bagi wanita Muslim, tetapi mereka belum siap untuk segera mematuhi aturan tersebut,” tambahnya.
Ammara mengamati bahwa kerendahan hati merupakan bagian integral dari ajaran Islam dan menjadi sasaran utama kelompok-kelompok anti-Islam, dan sayangnya, mereka mendapat dukungan yang serampangan dari media dalam masyarakat Muslim. Mereka menganggap hijab sebagai bentuk perbudakan dan penindasan.
“Dalam situasi seperti ini, merupakan kebutuhan yang mendesak untuk mempromosikan kesopanan dalam masyarakat Muslim. Dan langkah seperti World Hijab Day ini merupakan salah satu tindakan yang efektif untuk menciptakan kesadaran tentang kesopanan tersebut,” Ammara menegaskan.
Maulana Razi, seorang ulama yang berbasis di Karachi menegaskan bahwa kepatuhan terhadap hijab selama satu hari saja tidak cukup.
“Mereka yang menyelenggarakan World Hijab Day tidak harus duduk diam selama sisa periode tahun ini dan berpikir bahwa tugas mereka sudah berakhir. Tidak, itu adalah tugas kita untuk menjaga agar semangat World Hijab Day dipertahankan sepanjang tahun, “tegasnya.
Mohammad Hussein Mehanti, seorang ulama yang juga berbasis di Karachi berpikir bahwa peringatakan Word Hijab Day tidak berarti bahwa itu adalah acara satu hari saja, seperti peringatan Hari Ibu atau Hari Bapak, tapi semangatnya harus berlangsung sepanjang tahun. (ameera/arrahmah.com)