ISLAMABAD (Arrahmah.id) — Cina dikenal sebagai pemberi utang melalui skema Belt and Road Initiative (BRI). Dana yang diberikan Negeri Tirai Bambu biasanya digunakan untuk proyek pembangunan infrastruktur.
Namun beberapa negara di dunia dilaporkan justru terjebak utang tersebut karena tak mampu membayar. Terbaru, sebagaimana dimuat Aninews (17/4/2022), adalah Pakistan.
Cina dilaporkan kantor berita India itu, menjerat Pakistan dengan suku bunga tinggi. Bukan hanya itu, persyaratan pembayaran juga sangat kaku dan transparansi amat minim.
Presiden CPFA (Pusat Politik dan Luar Negeri), Fabien Baussart, dalam sebuah blog di The Times of Israel baru-baru ini, mencontohkannya dengan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air Karot di Pakistan. Tingkat bunga mencapai 5,11%.
Ini berbeda dengan lembaga Cina di bawah BRI lain yang menerapkan 4,2% dan jangka waktu pembayaran kurang dari 10 tahun. Diketahui China Three Gorge South Asia Investment Limited memegang 93% kepemilikan saham di sana.
Sebagai perbandingan, pinjaman dari konsorsium donor internasional seperti Komite Bantuan Pembangunan (DAC) dari Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD)- di mana pinjaman berasal dari negara-negara seperti Jerman, Prancis atau Jepang- juga lebih rendah. Hanya dikenakan tingkat bunga 1,1% dan jangka waktu pembayaran selama 28 tahun.
“Posisi Pakistan menjadi genting, pasalnya salah satu negara di Asia Selatan ini berada di puncak daftar negara penerima bantuan BRI, dengan proyek senilai US$27,3 miliar,” kata Baussart.
Sebenarnya kekhawatiran pada utang Cina yang menggelembung di Pakistan sudah muncul sejak 2021. Menurut sebuah studi Dana Moneter Internasional (IMF), utang luar negeri Pakistan menggelembung menjadi US$90,12 miliar pada April 2021, dengan kota Islamabad berutang kepada China US$24,7 miliar atau lebih dari 27% beban utang Pakistan.
Menurut IMF, beban utang tersembunyi dan utang negara akan menjadi penyebab utama keprihatinan Pakistan dalam beberapa waktu mendatang. Aset Pakistan akan dikaitkan dengan ekonomi Cina.
Pakistan sendiri memiliki 26 proyek dengan China yang tertuang dalam China-Pakistan Economic Corridor (CPEC). Ini termasuk delapan proyek energi, empat transportasi, satu komunikasi, tiga pendidikan, dua perbankan dan jasa keuangan, satu ekonstruksi dan rehabilitasi, serta dua pemerintah dan masyarakat sipil. (hanoum/arrahmah.id)